REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) se-Indonesia, Tutty Alawiyah, memberikan respons terhadap sandiwara para tersangka korupsi yang mengenakan jilbab. Ia menyesalkan jika jilbab itu hanya digunakan sebagai usaha memanipulasi diri dan masyarakat ketika para tersangka korupsi itu telah tertangkap.
''Kalau tiba-tiba saja mereka mengenakan jilbab saat sudah tertangkap, padahal sebelumnya mereka tidak pernah, ini tentunya sangat merugikan muslimah dan umat Islam,'' kata Tutty dalam perbincangan kepada Republika melalui telepon di Jakarta, Jumat (22/6).
Tutty dengan tegas merasa kecewa dengan ulah para koruptor berjilbab tersebut. Ia meminta seharusnya perlu ada aturan tegas agar hal semacam ini tidak terulang dan dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu.
''Saya sangat tidak sreg. Soalnya dengan perilaku mereka maka kita akan dituding tidak baik oleh orang non Muslim maupun orang-orang yang tidak suka kepada Islam. Tentunya memang perlu ada pengaturan tata busana agar hal tersebut tidak menjadi bias,'' ujarnya.
Lebih lanjut Tutty juga mendorong agar Majelis Ulama Indonesia (MUI) bisa memberikan sikap yang tegas terhadap permasalahan ini. Sebagai salah satu ketua MUI, Tutty akan memberikan masukan masalah ini pada acara ijtima ulama MUI pada 29 Juni mendatang di Tasikmalaya.