Jumat 22 Jun 2012 15:23 WIB

Duh, Musisi Keroncong Terpaksa Ngamen di Yogya

Rep: Yulianingsih/ Red: Hafidz Muftisany
Grup Keroncong asal Solo
Foto: solo-indonesia.wordpress
Grup Keroncong asal Solo

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Para penyanyi dan pemain musik keroncong dari Pengurus Daerah (Pengda) Himpunan Artis Musik Keroncong Indonesia (HAMKRI)  Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terpaksa mengamen dari kantor ke kantor untuk menutupi biaya operasional kegiatan organisasi tersebut.

Bahkan tahun ini satu-satunya organisasi musik keroncong di DIY tersebut defisit Rp 5. 233.300 untuk penyelenggaraan event Festival Penyanyi Keroncong Remaja (FPKR) di DIY pada Mei 2012 lalu. Akibat defisit itu organisasi ini terpaksa berhutang sana sini.

"Kita sudah bosen mencari dana kesana sini untuk menutupi hutang tersebut. Donatur susah diperoleh. Akhirnya jalan satu-satunya adalah Ngamen dari kantor ke kantor seperti ini," terang Sekretaris Pengda HAMKRI DIY Markus Suwarisman disela-sela Ngamen di halaman Balaikota Yogyakarta, Jumat (22/6).

Menurutnya, FPKR merupakan agenda tahunan yang digelar Pengda HAMKRI DIY sebagai wahana pembinaan dan pengenalan musik keroncong bagi generasi muda di Provinsi DIY. Tahun ini kegiatan tersebut menghabiskan dana Rp 16.763.000. Namun kata Markus, dari sumbangan sponsor dan donatur hanya terkumpul dana Rp 11.530.000. Kekurangan dana penyelenggaraan tersebut dipinjamkan sana -sini sehingga tertutup.

Namun setelah event itu selesai, Pengda HAMKRI DIY kesulitan mengembalikan dana pinjaman tersebut.Saat ngamen di halaman Balaikota Yogyakarta kemarin, Pengda HAMKRI membawa group musik keroncong Swara Idaman.

Sedikitnya ada 10 pemain musik keroncong dan lima penyanyi yang ikut dalam ngamen keliling tersebut. Mereka bernyanyi bergantian dan menyediakan kotak saweran dari para karyawan-karyawati di Balaikota Yogyakarta. Pegawai Pemkot Yogyakarta yang melintas di hadapan group musim keroncong itupun tak segan memberikan sawerannya.

"Setelah di Balaikota Yogyakarta, kegiatan ini akan kita lakukan di kantor Gubernuran dan kantor bupati-bupati di empat kabupaten di DIY. Selain mencari dana untuk menutupi hutang, melalui kegiatan ini kita juga ingin mengenalkan kembali musik keroncong ke pemerintah daerah sehingga ada keberpihakan pada kami," tandasnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement