REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pengamat penerbangan Institut Teknologi Bandung, Djoko Sarjadi, menilai penggantian pesawat Fokker 27 terlambat. Seharusnya, penggantian pesawat uzur tersebut dilakukan beberapa tahun lalu.
“Karena pesawat ini sangat uzur,”ungkap Djoko saat dihubungi republika, Jumat (22/6). Djoko menjelaskan sangat sedikit negara yang masih mau menggunakan Fokker.
Ia memberi contoh hanya beberapa negara di Afrika yang masih mau menggunakan pesawat itu. Selain it pengguna Fokker ialah negara yang sejak dulu memang menjadi basis produksi Fokker.
Djoko menjelaskan pabrik pembuat pesawat Fokker 27 pun saat ini sudah tutup. Sehingga, tidak ada jaminan apakah suku cadang yang digunakan sekarang sesuai dengan pesawat asli. K
alau pun dilakukan penggantian suku cadang dengan yang asli, tutur Djoko, tidak menjamin kalau semua bagian suku cadang itu tergantikan. “Partnya ribuan bisa saja ada bagian yang terlewat,”ungkapnya.
Meski demikian, Djoko menjelaskan bukan berarti pesawat tersebut tidak fit. Menurut dia, pesawat Fokker memang dikenal sebagai pesawat dengan kualitas baik dan perawatan yang mudah.
Oleh karena itu, sepanjang perawatan pesawat dilakukan sesuai prosedur, tuturnya, maka pesawat bisa layak untuk terbang.”Meskipun tua, asal perawatan sesuai dengan jadwal, maka bisa dikatakan fit,”jelasnya.