REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNGPINANG- Pemerintah Malaysia mengusir sebanyak 278 orang warga negara Indonesia yang dianggap bermasalah menuju Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau.
Selain para WNI bermasalah yang bekerja secara ilegal di negara jiran itu, juga terdapat sebanyak 17 orang bayi umur 12 hari hingga anak-anak umur tujuh tahun.
"Mereka akan kami tampung sementara di penampungan Wisma Transito Tanjungpinang sebelum dipulangkan ke kampung halaman masing-masing," kata Sekretaris Satgas TKI Bermasalah Tanjungpinang, Syafruddin di Pelabuhan Internasional Tanjungpinang, Jumat (22/6).
Syafruddin mengatakan, para WNI bermasalah itu akan dipulangkan dengan kapal Pelni menuju Jakarta dari pelabuhan Kijang, Bintan. "Kemungkinan kapal Pelni baru datang Selasa pekan depan," katanya.
Menurut dia, bayi dan anak-anak para TKI bermasalah itu dalam kondisi sehat dan juga telah dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) sesaat setelah kedatangan.
Ratusan TKI bermasalah itu sebagian besar hanya datang dengan baju melekat di badan, bahkan sebagian ada yang tidak memiliki alas kaki karena hilang atau tidak memiliki uang untuk membeli.
WNI Nyanyikan Lagu Kebangsaan
Pelabuhan Internasional Sri Bintan Pura yang cukup tenang seakan langsung bergemuruh dan mengharu ketika ratusan WNI bermasalah itu menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Teriakan merdeka juga terdengar dari ratusan TKI bermasalah yang sebagian mengaku mendapat hukuman "sebat" atau cambuk dua hingga lima kali melihat kesalahan dan keputusan "mahkamah" Malaysia.
"Saya kena sebat dua kali pak," kata Anto, TKI bermasalah asal Nusa Tenggara Timur yang masih nampak meringis berjalan kaki dari pelabuhan menuju mobilo yang membawanya ke penampungan.
Laki-laki yang baru tiga bulan di Malaysia dan mendapat hukuman kurungan selama dua pekan itu mengaku masuk Malaysia tidak memiliki dokumen resmi. "Saya berangkat kosong (tanpa paspor) pak," ujarnya.
Namun, ada juga para WNI bermasalah itu yang mengaku paspor dan barang bawaannya diambil pihak Malaysia sesaat baru sampai untuk melancong. Sejumlah TKI bermasalah yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga, juga mengaku terpaksa lari dari majikan karena gaji tidak dibayar.
"Saya sudah bekerja sama toke selama satu setengah tahun, tujuh bulan di antaranya gaji saya tidak dibayar sebesar 400 Ringgit Malaysia per bulan," ujar TKI bermasalah asal Lampung, Sarah sambil menggendong dua anaknya.