Ahad 24 Jun 2012 20:47 WIB

Kampanyekan Penggunaan Kondom, HTI: Itu Kebijakan Cabul Pemerintah

Rep: Eko Widiyanto/ Red: Heri Ruslan
 Puluhan massa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) melakukan aksi unjuk rasa menolak konser Lady Gaga di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (24/5).    (Adhi Wicaksono/Republika)
Puluhan massa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) melakukan aksi unjuk rasa menolak konser Lady Gaga di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (24/5). (Adhi Wicaksono/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID,  PURWOKERTO -- Aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Purwokerto, menolak kebijakan pemerintah mengkampanyekan penggunaan kondom untuk menekan angka peningkatan penderita HIV/AIDS.

HTI menilai kampanye penggunaan kondom untuk menekan penyebaran virus HIV, merupakan kebijakan cabul pemerintah.

''Pemerintah mestinya tidak menyampanyekan penggunaan kondom untuk menekan penyebaran virus HIV/AIDS. Yang justru harus dilakukan, adalah justru mengkampanyekan larangan seks bebas,'' jelas aktivis HTI Purwokerto, Abietya Sakti Narendra, dalam aksi yang digelar di Alun-alun Purwokerto, Ahad (24/6).

Dalam aksi tersebut, puluhan aktivis HTI Purwokerto menggelar aksi menolak kampanye kondominasasi masyarakat. Mereka mnilai, sosialisasi kondomisasi sama saja dengan melegalkan  seks bebas. Dalam aksi tersebut, mereka memampangkan poster bertuliskan 'Sosialisasi Kondom Kebijakan Cabul Pemerintah'.

Menurut Sakti, kampanye pencegahan penularan HIV/AIDS dengan cara dengan kondomisasi merupakan cara yang tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan hati nurani serta agama Islam.

''Melalui kampanye ini, pemerintah seolah-olah membenarkan praktik seks bebas pada masyarakat, selama pelakunya menggunakan kondom. Ini benar-benar cara kampanye penanggulanga yang tidak bisa diterima dalam nilai-nilai Islam,'' jelasnya.

Bila pemerintah memang hendak mengkampanyekan pencegahan penularan HIV/AIDS, satu-satunya tema yang dikampanyekan adalah mengenai larangan berzina dan praktik seks bebas. Bukan malah mengkampanyekan penggunaan kondom.

Kepala Dinas Kesehatan Banyumas Widayanto, menyatakan masalah ini memang dilematis. Di satu sisi, praktik seks bebas akibat liberalisasi kebudayaan, seolah memang sulit terbendung, sehingga praktik seks bebas banyak berlangsung di tengah masyarakat.

''Dalam situasi seperti ini, yang bisa kita lakukan akhirnya hanya meminta masyarakat atau pelaku seks bebas untuk menggunakan kondom,'' jelasnya. Dia mengingatkan, akibat praktik seks bebas yang tidak menggunakan kondom ini, yang paling dikhawatirkan akan beresiko tertular virus HIV/AIDS, adalah justru orang-orang yang tidak bersalah dan tidak mengerti apa-apa.

''Antara lain, seperti para ibu rumah tangga yang suami-suaminya senang 'jajan' di luar. Kasihan mereka, kalau akhirnya juga tertular virus HIV/AIDS,'' jelasnya.

Menurutnya, trend yang saat ini terjadi, jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) justru semakin meningkay di kalangan adalah ibu rumah tangga. Umumnya, mereka tertular akibat perilaku suaminya yang tidak setia.

Dia mengingatkan, saat ini Kabupaten Banyumas  menduduki peringkat ketiga setelah Semarang dan Solo dalam hal jumlah penderita HIV/AIDS. Berdasarkan catatan di Voluntary Counseling and Testing (VCT) RSU Margono Soekarjo, Purwokerto, hingga Juli 2011 jumlah ODHA di Kabupaten Banyumas sudah  mencapai 471 orang.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement