REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Turki bertemu guna membahas jet tempur Turki yang ditembak jatuh Suriah, Senin (25/6). Meski demikian, pertemuan diperkirakan tidak akan menghasilkan tindakan militer, bahkan jika pesawat yang jatuh itu bukan jet yang diklaim Turki.
Insiden ini memperburuk hubungan regional selama konflik di Suriah. Sebelumnya, 40 orang dilaporkan tewas pada Ahad (24/6) dalam bentrokan terbaru antara pemerintah Suriah dan para pemberontak.
Pada Ahad, Menteri Luar Negeri AS, Hillary Rodham Clinton, mengkritik tajam Suriah karena menembak jatuh pesawat Turki. Kementerian Luar Negeri Turki juga menyebut insiden itu sebagai pelanggaran terbuka dan berat terhadap hukum internasional.
"Amerika Serikat (AS) mengutuk tindakan yang tidak dapat diterima ini. Ini adalah salah satu bentuk ketidakpedulian pemerintah Suriah untuk hukum internasional, kehidupan manusia, perdamaian dan keamanan,"kata Clinton.
Clinton akan mempertahankan hubungan dekat dengan pejabat Turki untuk menentukan langkah selanjutnya. "Kami akan bekerja dengan Turki dan mitra lainnya untuk meminta rezim Assad bertanggung jawab," katanya.