Senin 25 Jun 2012 17:32 WIB

Telah Lahir Anak Badak Sumatera Keturunan AS-Way Kambas

Rep: Aghia Khumaesi/ Red: Heri Ruslan
Badak (ilustrasi)
Foto: Antara
Badak (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelahiran Seekor anak badak Sumatera berkelamin jantan menjadi tonggak sejarah bagi upaya pelestarian badak Sumatera.

Anak badak itu lahir di Suaka Rhino Sumatera (SRS)-Taman Nasional Way Kambas pada Sabtu 23 Juni 2012 pukul 00.45 WIB.

"Hal itu sekaligus diharapkan akan meningkatkan kepercayaan masyarakat dan dunia internasional terhadap upaya pemerintah dalam melestarikan satwa langka dunia yang ada di Indonesia," ujar Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (25/6).

Anak badak tersebut hasil perkawinan dari pasangan badak jantan bernama Andalas (11 tahun), yang lahir di kebun binatang Cincinnati, Amerika Serikat pada 2001 dan badak betina Ratu (12 tahun) asli Taman Nasional Way Kambas. Sebelumnya, induk badak itu telah mengandung dua kali dari hasil pasangan yang sama, tetapi keguguran.

Badak Andalas sendiri kata Zulkifli didatangkan dari SRS kebun binatang Cincinnati, AS pada 2007 dan sejak itu dipasangkan dengan Ratu.

Selama masa kehamilan (15-16 bulan) dan proses kelahiran, induk dan anak badak itu dirawat, diperiksa, dan dimonitor secara intensif oleh tim perawat dan dokter hewan dari dalam negeri (YABI dan Taman Safari Indonesia) dan luar negeri (International Rhino Foundation/IRF, kebun binatang Cincinnati AS, Tarongan WPZ Australia, dan White Oak Conservation Centre Amerika).

Seluruh proses tersebut didokumentasikan untuk bahan evaluasi. "Kehadiran pengunjung di lokasi sekitar Suaka Rhino Sumatera sangat dibatasi agar tidak menimbulkan gangguan, khususnya saat menjelang kelahiran," kata kader Partai Amanat Nasional (PAN).

Kelahiran anak badak itu merupakan yang pertama sejak upaya breeding conservation dilaksanakan di Asia 124 tahun silam.

Sementara, saat ini Indonesia memiliki dua jenis badak Asia dari lima jenis badak yang masih tersisa di dunia, yaitu badak Jawa dengan populasi tersisa sekitar 50 ekor di TN Ujung Kulon dan badak Sumatera 200 ekor di TN Way Kambas, Bukit Barisan Selatan, Gunung Leuser, dan beberapa kawasan hutan alam di Sumatera dan Sabah, Malaysia.

Kedua satwa tersebut merupakan jenis badak yang tergolong paling lagka dan terancam punah karena berkurangnya habitat dan perburuan liar, sehingga IUCN pada 2006 menetapkan status konservasinya sebegai critically endangered.

"Keberadaan dua jenis satwa langka dunia di Indonesia membawa konsekwensi dan tanggung jawa kita semua untuk pelestariannya," tutur Zulkifli.

Penyelamatan badak Jawa dan Sumatera secara umum telah dirumuskan dalam peraturan menteri kehutanan (Permenhut)No 43 tahun 2007 tentang strategi dan rencana aksi konservasi badak periode 2007 hingga 2017 dan telah diimplementasikan melalui berbagai kehiatan konservasi dari Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) dan mitra lembaga terkait, seperti YABI, IRF, WWF, dan sektor swasta.

SRS merupakan kawasan untuk program conservation breeding seluas 100 hektare (ha) dan dikelilingi pagar listrik 1,5 merer dan dilengkapi dengan prasarana yang memadai.

Conservation breeding di TN Way Kambas dipastikan akan mejadi model dalam pelaksanaan rencana pembangunan Javan Rhino Study Conservation Area (JRSA) bagi upaya pelestarian badak Jawa di TN Ujung kulon.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement