REPUBLIKA.CO.ID, Yerusalem, tanah suci ketiga agama samawi menjadi sumber penderitaan terus-menerus akhir-akhir ini.
Selama lebih dari sepuluh tahun, Israel telah memisahkan desa-desa dan kota-kota di Palestina dengan tembok pembatas. Bahkan, selama dua tahun terakhir, bangunan ilegal di sekitar wilayah pemukiman Palestina semakin marak.
Tembok pembatas dibangun hingga delapan meter. Di tempat lain, sebagian kecilnya tembok dibangun setinggi tiga meter.
Dinding-dinding itu tidak hanya melanggar hak kebebasan rakyat Palestina, tetapi juga menghalangi mereka dari aktivitas ekonomi. Hal ini semakin mempertegas bahwa pembangunan tembok menghalangi perdamaian.
Sebagai protes kreatif dan tanpa kekerasan terhadap pembangunan tembok pembatas, tiga orang seniman mural Mexico bergabung dalam International Center of Bethlehem bahu membahu dengan penduduk setempat untuk melukis tembok.
Tiga seniman itu yakni Alberto Aragon Reyes, Gustavo Chavez Pavon dan Erasto Molina Urbina. Mereka datang dan tinggal di Palestina untuk memulai aksi mereka. Sementara International Center of Bethlehem , membiayai kehidupan mereka selama di Bethlehem.
Lukisan-lukisan mereka sangat ekspresif dan melukiskan penderitaan, rasa sakit dan korban perang di setiap tempat. Ketiga muralis itu juga dibantu seniman dari berbagai negara diantaranya Denmark, Swedia, Jerman, Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Spanyol dan Selandia Baru. Namun sayang aksi mereka sempat dihentikan pasukan pendudukan Israel saat mereka melakukan aksinya di Qalqiliya dan Bethlehem.
Salah satu karya mereka menggambarkan wanita Arab bercadar kafayeh khas Palestina. Di sisi kiri bertuliskan 'To Exist is to Resist, Viva Palestine. Selain itu, mural di dekat Universitas Al-Quds di Yerusalem timur menggambarkan seorang lelaki mirip suku Indian berambut warna-warna bendera Palestina sedang berteriak. Sementara beberapa meter di hadapannya lukisan bunga yang menggambarkan harapan.
Meksiko sendiri pernah mengalami situasi serupa pada revolusi Meksiko (1910-1920). Dalam revolusi agraria tersebut, perlawanan berkembang hingga ke tembok-tembok dalam bentuk mural. Puncaknya pada dekade 1920-1930 Muralis Meksiko menyuarakan gambar-gambar protes sosial yang didominasi subyek nasionalis, gambar-gambar pahlawan Meksiko dan budaya Meksiko pra-Colombus.
Corak mural mereka banyak dipengaruhi gaya Eropa yang beraliran Kubisme, Futurisme, Ekspresionisme, Surealisme dan Neoclassicism.