REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pengembangan gas di Blok East Natuna Kepulauan Riau sepertinya akan segera terealisasi. Setelah sempat molor setahun terakhir, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjamin kontrak kerja sama antara pemerintah dan perusahaan migas segera terwujud paling lambat akhir 2012 ini.
“Sekarang kita masih dalam tahap kajian,” kata Dirjen Migas Kementrian ESDM Evita H Legowo, kepada wartawan Kamis (28/6). “Kita targetkan paling lambat bisa diselesaikan akhir tahun ini.”
Menurutnya saat ini pemerintah masih mematangkan terms and conditions (syarat dan ketentuan) kontrak kerja sama. Di antaranya porsi bagi hasil, kebijakan pasokan ke dalam negeri (domestic market obligation/DMO), dan bagian pertama pemerintah (first trance petroleum/FTP).
“Partnership antara Pertamina dengan rekan juga kami matangkan,” ujarnya. Untuk pengembangan blok ini pemerintah telah menunjuk Pertamina yang kemudian mengandeng dua kontraktor kontrak kerja sama lain yakni Exxon Mobil Corporation dan Total EP Indonesia.
Blok East Natuna memiliki cadangan gas hingga 46 triliun kaki kubik (TCF). Untuk investasi di blok ini, setidaknya diperlukan dana hingga lebih dari 50 miliar dolar AS. Jika kontrak terealisasi sekarang, Pertamina memperkirakan Blok East Natuna bisa mulai memproduksi gas di 2021 nanti.
Di tahap awal Pertamina menargetkan produksi sebesar gas sebesar 1.000 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Selanjutnya, Pertamina berharap blok ini bisa menghasilkan gas hingga 4.000 juta standar kaki kubik per hari.
Sementara itu Direktur Hulu Pertamina, Muhammad Husen, mengatakan pihaknya sudah mematangkan strategi untuk mengembangkan Blok East Natuna. “Kami kemungkinan akan bangun pipa untuk salurkan gas,” katanya.