REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Seorang pengusaha nasional mengatakan Indonesia jauh dari kriteria menuju negara gagal karena indikator-indikator termasuk indikator ekonomi tidak menunjukkan Indonesia menuju ke arah terpuruk. "Sangat tidak setuju," kata pemilik OSO Group di sela 'Pemred Gathering', di Jakarta, Jumat (29/6).
Hal itu disampaikan dia menanggapi hasil survei dari The Fund for Peace (FFP) yang diumumkan di Washington, Amerika Serikat, beberapa waktu lalu, yang menempatkan Indonesia berada peringkat ke-63 dari 178 negara berdasarkan indeks negara gagal.
Oesman mengatakan bahwa justru Indonesia menunjukkan berbagai kemajuan-kemajuan dan terus berkembang yang tidak bisa dicapai oleh negara lain. Untuk itu, dia meminta agar masyarakat tidak terlalu mengkhawatirkan hasil survei tersebut.
Meski demikian, Oesman juga meminta pemerintah terus berupaya agar hal yang telah dicapai dapat terus dipertahankan dan terus ditingkatkan. Misalnya, Indonesia harus mampu dari hanya memproduksi dan mengekspor barang mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dengan demikian, lanjut dia, Indonesia dan masyarakatnya akan mendapatkan nilai tambah.
Sebelumnya, Ketua Departemen Keuangan Partai Demokrat Muhammad Ikhsan Modjo juga mengimbau masyarakat Indonesia untuk tidak perlu menanggapi serius apalagi membesar-besarkan publikasi pemeringkatan Indonesia sebagai negara gagal.
"Pemeringkatan Indonesia sebagai negara hampir gagal itu tidak akurat dan metodologinya dipertanyakan," kata Muhammad Ikhsan Modjo.
Faktanya, perekonomian Indonesia terus tumbuh dan Indonesia masuk ke dalam 20 negara maju atau G20 dari pendeketakan pertumbuhan ekonomi, katanya. Bahkan, kata dia, pada saat terjadi krisis global di Amerika Serikat pascatahun 2008 yang berdampak ke Eropa, negara Indonesia tidak terpengaruh.
"Pada saat itu, di Asia hanya tiga negara yang pertumbuhan ekonominya tetap positif, yakni China, India, dan Indonesia," katanya.
Sementara Sekretaris Kabinet Dipo Alam survei itu perlu ditelaah secara cermat dan objektif sehingga semua pihak tidak dengan mudah mengonfirmasi bahwa Indonesia memang negara gagal.
Dipo Alam mengatakan bahwa pandangan objektif itu dapat dilakukan dengan melihat sejumlah kenyataan bahwa ada perbaikan ekonomi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dan juga peningkatan peran Indonesia di kancah politik internasional.