Jumat 29 Jun 2012 20:59 WIB

Ada Alasan Kuat Muslim Cina Harus Pelajari Bahasa Arab

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
 Shalat Jumat di Masjid Xinjian. Umat Muslim Cina kini berjumlah sekitar 28 juta jiwa dan tersebar di beberapa provinsi (halaltours-cn.com)
Foto: .
Shalat Jumat di Masjid Xinjian. Umat Muslim Cina kini berjumlah sekitar 28 juta jiwa dan tersebar di beberapa provinsi (halaltours-cn.com)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING--Pengajar London School of Oriental and African Studies, George Lane mengaku terkejut dengan perkembangan syiar Islam di Cina. "Saya begitu terkejut dengan jumlah masjid di Cina. Saya tahu bahwa Cina bukanlah negara Islam. Tapi saya melihat muslim ada dimana-mana meski kehidupan mereka jauh dari baik," papar dia memberikan kuliah umum di Akademi Ilmu Sosial Cina, seperti dikutip Thenational.ae, Jum'at (29/6).

Lane yang pertama kali mendatangi Cina tahun 1980, mengakui banyak perubahan yang telah terjadi. Dari perubahan itu, ia menyadari umat Islam Cina akan memainkan peranan ketika negeri tirai bambu menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara Islam.

Sekjen Organisasi Kerjasama Islam (OKI) Ekmeleddin Ihsanoglu mengatakan Cina dan negara-negara Islam telah membangun hubungan produktif dalam perdagangan global. Selama dua abad terakhir, hubungan keduanya telah mengalami peningkatan signifikan.

"Melalui interaksi dengan dunia Islam,, teknologi percetakan yang dikembangkan Cina menyebar ke Eropa," kata dia. Namun harus diakui hubungan keduanya tidaklah muslim. Terlebih saat Cina tidak memperlakukan minoritas Muslim Cina dengan baik.

Gao Zhangfu, seorang profesor dari Asosiasi Cina Islam, mengatakan pada masa pemerintahan Dinasti Ming telah terjadi diskriminasi terhadap muslim. "Diskriminasi itu hingga kini masih terjadi, khususnya di wilayah Xianjiang," kata dia yang juga menyebut diskriminasi itu menyebabkan ketegangan di Cina.

Profesor dari Universitas Qatar Jacqueline Amarijo, mengatakan Cina tidak seharusnya terlalu berhati-hati dalam membangun hubungan dengan dunia Islam. Sebab, Cina harus sadar hubungan dengan dunia Islam memiliki nilai strategis. "Pemerintah Cina harus tahu, hubungan dunia Islam telah terjadi sejak lama," kata dia.

Saat ini, nilai perdagangan antara Cina dan dunia Arab, meningkat dari $ 36,4 miliar pada tahun 2004 menjadi $ 145.4 miliar pada tahun 2010. Peningkatan volume perdagangan ini dipandang sebagai kebangkitan kembali Jalan Sutra. "Saat ini, ada alasan bagi minoritas Muslim Cina untuk mempelajari bahasa Arab," pungkas Armijo.

sumber : The National
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement