REPUBLIKA.CO.ID,PADANG--Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Syamsul Maarif, mengingatkan masyarakat daerah jangan sampai bersikap fatalistik atau pasrah dalam menghadapi berbagai ancaman alam yang selalu mengintai.
"Sikap pasrah dalam menghadapi ancaman bencana maupun menjalankan kehidupan tidak dibenarkan dalam ajaran agama Islam. Karenanya perlu berusaha untuk selalu siap siaga," katanya di Padang, Jumat.
Ia BNPB menyampaikan hal ini didampingi Wakil Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Muslim Kasim dalam pertemuan dengan bupati, wali kota, tokoh adat, ulama dan jajaran Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) maupun Badan Penanggulangan Daerah (BPBD) kabupaten dan kota se-Sumbar.
Dikatakannya, banyak korban jiwa saat kejadian bencana meletusnya Gunung Merapi, dikarenakan sebagaian anggota keluarga yang lanjut usia (Lansia) dan adanya sikap fatalistik.
Bencana alam gempa dan tsunami atau gunung meletus, menurutnya, memang tak dapat dipastikan waktunya oleh manusia, karena itu bergantung pada 'skenario' Allah SWT.
Namun, sebagai makhluk-Nya, lanjutnya, tentu tak cukup hanya sekadar memanjatkan doa, tanpa harus berusaha untuk tetap bersikap siap siaga menghadapi situasi terburuk.
"Mari bersama-sama semua elemen masyarakat saling bahu membahu dengan pemerintah, dalam penanggulangan bencana," ajaknya.
Apalagi, demikian Syamsul Maarif, para nenek moyang di Sumbar sudah mewariskan banyak nilai luhur dan hidup bersahabat dengan alam. Ia lalu menunjuk pepatah Minang "Alam ta kabang jadi guru", yakni belajar dari peristiwa yang pernah terjadi di negeri ini.
"Jadi, ke depan, masyarakat saat mengevakuasi diri dari ancaman gelombang tsunami, agar menghindari penggunaan kendaraan kalau menuju ke tempat ketinggian," tuturnya.
Kemudian, lanjutnya, harus utamakan mencari bangunan tempat evakuasi terdekat penyelamatan sementara bersama anggota keluarga.