Ahad 01 Jul 2012 06:15 WIB

Sulit Menekan Tingkat Kehilangan Air di Jakarta

Rep: Ira Sasmita/ Red: Dewi Mardiani
Palyja
Palyja

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – PT Palm Lyonnaise Jaya (Palyja) mengaku sulit menekan tingkat kehilangan air atau non-revenue water (NRW) di DKI Jakarta. Palyja mencatat hingga tahun 2011, mencapai 39 persen dari total air baku yang didistribusikan di Jakarta.

Wakil Presiden Dikrektur Palyja, Herawati Prasetyo, mengatakan kehilangan air dilihat dari dua aspek, yaitu aspek komersil dan fisik. Kehilangan air dari segi komersil didominasi oleh pencurian air oleh oknum yang tidak tercatat sebagai konsumen Palyja yang biasanya dilakukan oleh warga yang berdomisili di sekitar pipa penyaluran air. Pencurian air juga dilakukan oleh konsumen Palyja dengan modus memanipulasi meteran air, sehingga besar pemakaian air tidak terukur.

Sedangkan, lanjutnya, kehilangan air dari aspek fisik, biasanya terjadi karena kebocoran pada penyaluran air melalui pipa. Kondisi pipa yang kurang prima atau rusak menyebabkan kebocoran air dalam debit yang cukup banyak. Selain itu, pipa yang tertanam pada beberapa titik yang melewati lokasi proyek pembangunan infrastruktur kota Jakarta turut menyumbang kebocoran air.

“Dari tahun 1998 hingga sekarang, sebenarnya Palyja sudah mampu menekan NRW dari 59 persen menjadi 39 persen. Namun, angka tersebut masih jauh dari standar yang telah disepakati dengan PAM Jaya, yaitu dibawah 30 persen,” ujar Herawati, dalam Palyja Journalist  Workshop, di Bandung, Sabtu (30/6).

Non Revenue Water dan  Asset Management Senior Manager Palyja, Nancy Elvina, mengaku, sangat sulit untuk mencapai penekanan kehilangan air hingga dua persen per tahun. Nilai kerugian dari kebocoran air ini, menurutnya, mencapai miliaran rupiah per tahun.

Palyja telah memasang Helium Detection untuk mendeteksi kebocoran di sepanjang 4.665 kilometer jaringan. Tercatat sebanyak 58.346 kebocoran yang terlihat di seppanjang jaringan tersebut. Namun, ujarnya, deteksi pada 2.999 kilometer jaringan lainnya belum bias direalisasikan.

“Kondisi medan dan lebar pipa menyebabkan helium detection tidak bisa dipasang di sepanjang jaringan. Namun, dari yang telah terdeteksi, masih terbatas pada kebocoran yang terlihat. Artinya, kemungkinan kebocoran yang belum terdeteksi masih sangat banyak,” ucap Herawati.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement