REPUBLIKA.CO.ID, Kelompok-kelompok oposisi Suriah telah menolak rencana transisi politik di Suriah, dengan menyebut rencana itu sebagai lelucon dan bersifat mendua, seraya mengesampingkan kemungkinan pembagian kekuasaan dengan Presiden Bashar al-Assad.
Juru bicara Dewan Nasional Suriah (SNC) yang berbasis di Paris, Bassma Kodmani, mengatakan bahwa rakyat Suriah tidak akan sudi terlibat dalam jalur politik apa pun selagi pembunuhan berlanjut.
Puluhan warga sipil diberitakan tewas sehari sebelumnya, termasuk paling sedikit 30 orang sewaktu ledakan hebat menghantam acara pemakaman di pinggiran ibu kota, Damaskus. Para aktivis menuding pasukan pemerintah sebagai pelaku peledakan.
Konferensi internasional di Jenewa pada hari Sabtu menyetujui versi diperlunak dari rencana utusan PBB Kofi Annan mengenai pembentukan pemerintah transisi di Suriah. Tetapi atas desakan Rusia, kesepakatan kompromi itu membuka peluang bagi Assad untuk menjadi bagian dari pemerintahan sementara.
Burhan Ghalioun, anggota senior SNC dan mantan ketua kelompok tersebut, mengatakan kepada televisi al-Arabiya bahwa ini merupakan pernyataan internasional terburuk yang muncul dari pembicaraan mengenai Suriah. Menurut laman resmi SNC di Facebook, ia menyebut rencana itu sebagai olok-olok karena rakyat Suriah harus berunding dengan algojo mereka, yang tidak berhenti membunuh, menyiksa, dan memerkosa perempuan selama 16 bulan.