REPUBLIKA.CO.ID, OXFORD -- Ahad (1/7) kemarin, festival musik Islam kembali digelar di Oxford. Penyelenggaraan kali ini merupakan yang ketujuh kali, dan setiap digelar masyarakat Inggris menunjukan apresiasi tinggi terhadap musik dari dunia Islam.
Penyelenggara festival, Taj Hargey mengatakan ada dua alasan mengapa perlu diselenggarakan festival musik Islam. Pertama, festival ini ingin menunjukan kepada warga Oxford dan Inggris bahwa Islam juga mengapresiasi karya seni. Kedua, musik yang tidak dilarang dalam Islam.
"Pesannya jelas, konservatif tidak memiliki tempat dalam masyarakat Inggris modern," kata dia seperti dikutip onislam.net, Senin (2/7).
Beberapa tahun belakangan musik Islami mendapat apresiasi positif di Barat. Tahun 2003, Sami Yusuf mendapat julukan dari majalah Time sebagai "Penyanyi Rock terbaik Islam" setelah dua albumnya Al-Mu'alim dan My Ummah sukses dipasaran. Lalu muncul Maher Zain, Muslim Swedia keturunan Lebanon yang albumnnya juga laris manis di pasar dunia.
Festival yang berlangsung di Gedung Jacqueline du Pré Music, St Hilda College ini menampilkan musik dan musisi muslim terbaik dari seluruh dunia. Sebut saja Mosi Conde dari Guinea, Adel Albary dari Sudan, Simo Lagnawi dari Maroko dan komedian Muslim Inggris, Jeff Mirza.
"Hadir pula musisi dari Afghanistan, Bangladesh, Gambia, Irak, Sudan dan Turki. Yang istimewa, kelompok sufi dari Afrika Selatan juga ambil bagian," kata Hargey.