Senin 02 Jul 2012 13:52 WIB

Indonesia ke Australia untuk Beli Sapi

Rep: Esthi Maharani/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Sapi impor
Sapi impor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membawa sejumlah agenda dalam kunjungan kerjanya ke Darwin, Australia, salah satunya terkait pembahasan pembelian dan pengembangan peternakan sapi. Ia mengatakan ada potensi di tanah air, utamanya di kawasan Indonesia Timur untuk mengembangkan sektor tersebut.

"Karena kebutuhan atau permintaan terhadap daging sapi dan sapi di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Maka kerja sama Indonesia-Australia diwarnai pembelian atau perdagangan," katanya saat memberikan keterangan pers di landasan udara, Halim Perdanakusuma, Senin pagi (2/6).

Ia menjelaskan pembelian sapi bukan dalam bentuk komoditas, tetapi pada investasi jangka panjang sapi Australia di Indonesia. Karena, format kerjasama yang selama ini digunakan sudah tidak sesuai dengan strategi yang dibuat oleh pemerintah Indonesia. Meski, perdagangan sapi Australia ke Indonesia tetap berjalan seperti biasa.

"Dalam jangka panjang tentu, format atau kerangka kerjasama ini, tidak sesuai dengan strategi kita, untuk membangun ketahanan pangan," katanya.

Indonesia telah menyampaikan maksud tersebut kepada PM Australia, Julia Gillard. Presiden SBY pun mengajak agar ada kerjasama investasi untuk perkembangan industri ternak di Indonesia. Ia mengharapkan lawatan ini bisa memberikan harapan kepada pengembangan sektor perdagangan sapi di kawasan Indonesia timur seperti NTT, NTB, Bali, dan Papua Barat.

"Dengan cara ini harapan kita Provinsi di Nusa Tengara dan Papua Barat bisa punya potensi. Kita bisa mengembangkan lebih banyak lagi, sehingga semuanya tidak harus kita impor tapi kita bisa menghasilkan di dalam negeri," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement