REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbagai faktor menjadikan angka kemiskinan di DKI Jakarta tak beranjak dari angka yang memprihatinkan. Salah satunya karena faktor kemiskinan yang sudah menjadi budaya.
Badan Pusat Statistik DKI menyebutkan, jumlah penduduk ibukota yang berada di bawah garis kemiskinan pada Maret 2012 menurun sangat tipis. Catatan ini pun membuat pengentasan kemiskinan di DKI Jakarta masih jauh panggang dari api. Warga yang tergolong miskin pada Maret 2012 sebanyak 363.200 orang, menurun sebanyak 220 orang atau 0,05 persen dari jumlah pada Maret 2011 sebesar 363.420 orang. (baca: Penduduk Jakarta Masih Banyak yang Miskin)
Menurut Kepala Bidang Statistik Sosial, Sri Santo Budi, kesulitan untuk menurunkan jumlah penduduk miskin disebabkan oleh kemiskinan yang sudah menjadi suatu kebudayaan. "Kemiskinan sudah menjadi kebiasaan dan pola hidup yang sulit diubah. Walaupun sulit diturunkan, tapi seharusnya tetap bisa dikurangi jumlahnya," ujarnya.
Kepala BPS DKI Jakarta Nyoto Widodo kepada wartawan, Senin (2/7), mengatakan, penurunan tersebut disebabkan garis kemiskinan tahun ini sebesar Rp 379.052 per kapita per bulan, yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 355.480. Peningkatan garis kemiskinan ini berakibat pada menurunnya ketimpangan pengeluaran penduduk miskin relatif yaitu dari 0,15 menjadi 0,13.
"Kesejahteraan masyarakat Jakarta sudah semakin baik. Memang menurun sangat tipis sekali, karena sangat sulit mengurangi jumlah penduduk miskin secara besar-besaran dalam jangka pendek. Untuk mengurangi warga miskin harus dilakukan bertahap dalam waktu panjang," ujarnya mengakhiri.
Dan salah satu penyebab kemiskinan adalah rokok kretek. Rokok kretek filter menyumnbang 17.38 persen dari tingkat kemiskinan di DKI Jakarta. Tak sedikit warga miskin ibu kota yang memilih membeli rokok ketimbang membeli beras atau makanan pokok lainnya. (baca: Merokok Bikin Warga Jakarta Jatuh Miskin)