Senin 02 Jul 2012 23:23 WIB

Mujahidah: Khaulah binti Azur, Pejuang Pemberani (3-habis)

Rep: Susie Evidia/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: Blogspot.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, “Wahai para pejuang Allah, apakah kalian rela menjadi tukang pijit tentara Romawi? Apakah saudara semua mau menjadi hamba orang-orang kafir yang nyata-nyata dilaknat Allah?"

"Relakah saudara semua dihina, dilecehkan bangsa Romawi? Di mana harga diri kalian sebagai Muslimah?” sindir Khaulah membangkitkan semangat para mujahidah.

Para mujahidah pun sepakat dengan apa yang dilontarkan Khaulah. “Demi Allah sebagai Muslimah, kami mempunyai harga diri. Tapi, apa yang bisa kita lakukan tanpa senjata, tentara siap menyerang kalau kita memberi perlawanan,” kata seseorang.

Khaulah tidak kehilangan akal. Walaupun bukan senjata sesungguhnya, Khaulah mengajak para mujahidah memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya, seperti tiang-tiang dan tali kemah.

Hal yang penting, para mujahidin yakin pertolongan Allah pasti datang untuk melepaskan para pejuang Muslimah dari tentara Romawi. “Ingatlah, syahid lebih baik bagi kita daripada dihinakan kaum kafir!” tegas Khaulah.

Setelah menyusun strategi dan menentukan waktu yang tepat, Khaulah memimpin ‘pasukannya’. Sebelum bergerak Khaulah berpesan, “Wahai saudara-saudari, jangan sekali-kali gentar dan takut. Kita semua harus bersatu dalam perjuangan ini. Patahkan tombak mereka, hancurkan pedang mereka, ucapkan takbir!”

Khaulah dibantu Ifra binti Ghaffar, Umi binti Utbah, Salmah binti Zari, Ran’ah binti Amalun, dan Salmah binti Nu’man memukul pengawal dengan tiang hingga tewas. Satu tombak kini dalam genggaman Khaulah.

Sementara itu, mujahidah lain menyerang para pengawal yang berkeliaran di sekitar penjara. Rupanya para pengawal tidak siap menghadapi serangan para mujahidah yang membuat mereka lari tunggang langgang. Khaulah berhasil memimpin penyerangan dan membebaskan semua tawanan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement