REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO cITY -- Kandidat dalam pemilihan presiden Meksiko, Lopez Obrador, Senin (2/7) malam menolak kemenangan yang dinilai curang oleh pesaingnya, Enrique Pena Nieto. Saat ia kalah, aksi protes melanda Mexico City pada enam tahun yang lalu.
Hasil-hasil resmi pertama dari pemungutan suara, Ahad lalu, menunjukkan Lopez Obrador dari Partai Revolusi Demokratis (PRD) meraih 31 persen suara sedangkan Pena Nieto dari Partai Revolusioner Institusional (PRI) merebut 38 persen suara. Capaian suara itu hanya selisih suara lebih besar ketimbang enam tahun lalu.
"Kami tidak dapat menerima satu hasil yang curang, tidak seorangpun dapat menerima itu," kata Lopez Obrador menyampaikan kecamannya atas hasil pemilu itu, seperti dilansir AFP, Selasa (3/7). Obrador mengeklaim bahwa PRI, melalui partai nasionalnya dan para gubernur, menghabiskan jutaan peso untuk membeli suara.
Ia juga menuduh media cenderung mendukung kuat kandidat-kandidat PRI. "Kami akan memberikan bukti menyangkut tuduhan-tuduhan itu dan kami akan melakukan upaya hukum yang layak," kata Lopez Obrador, dan menegaskan bahwa ia dan para pendukungnya akan terlebih dulu meneliti informasi pemilihan itu bersama dengan para pejabat pemilihan. Ia tidak menyebutkan apakah ia akan menyerukan dilakukan protes seperti tahun 2006. "Kami akan menunggu," katanya.
Pena Nieto sebelumnya mengatakan PRI sekarang adalah satu partai yang menghormati demokrasi. "Tidak akan kembali ke masa lalu. PRI ini kembali memerintah membuktikan keyakinannya pada demokrasi," kata presiden berusia 45 tahun itu.