REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Tokoh anti-Islam Belanda, Geert Wilders, Selasa (3/7) kemarin, menyatakan partainya menurunkan tensi permusuhan terhadap Islam guna lebih fokus menghadapi Uni Eropa. Dalam kebijakan 'Mereka Brussel, Kami Belanda', ada indikasi Wilders menginginkan Belanda keluar dari Uni Eropa.
"Keluar dari kekacauan, keluar dari zona Euro, keluar dari Uni Eropa," ucap Wilders seperti dikutip onislam.net, Rabu (4/7). Wilders mengatakan keberadaan bendera Uni Eropa di dalam kompleks parlemen merupakan penghinaan dan harus segera diturunkan. "Kami pragmatis dan patriotik," tegasnya.
Sikap keras Wilders merupakan kelanjutan dari penolakan partainya terkait usaha pemerintah mengurangi anggaran belanja demi menghindari defisit anggaran. Penolakan itu segera memicu penggunduran diri PM Belanda, Mark Rutte.
Sayang, tindakan Wilders tidak lagi mendapat simpati dari rekan separtai. Sejumlah tokoh utama Partai Kebebasan Belanda (PVV), pimpinan Wilders mundur. Maret lalu, tokoh kunci PVV Hero Brinkman mengundurkan diri.
"Wilders memegang kendali. Ia tidak menginginkan orang lain ikut campur. Dia memilih untuk jalan sendiri," papar Marcial Hernandez, anggota partai PVV yang mengundurkan diri. Rekan Hernandez, Wim Kortenoven juga mengundurkan diri karena tindakan Wilders sudah keluar dari jalur. "Ia keterlaluan," ucapnya.
Sejak tampil di panggung politik Belanda pada 2004 lalu, Wilders banyak memberikan pengaruh besar terhadap kebijakan Belanda, khususnya terkait imigrasi, larangan burka dan dana talangan Euro. Dia menyerukan pelarangan Alquran, mendeskripsikan kitab suci umat Islam dengan sebutan fasis.