REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sepanjang kuartal I 2012, emiten pertambangan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menelan kerugian sebanyak 107,16 juta dolar AS. Kerugian itu lebih tajam dibandingkan laba bersih perusahaan kuartal I tahun lalu yang hanya mencapai 111,25 juta dolar AS.
Perusahaan tambang batubara tersebut mengalami kerugian akibat biaya operasional dan non operasionalnya tinggi, ditopang juga beban bunga. Padahal, perseroan sebetulnya mengalami kenaikan pendapatan hingga 18 persen pada kuartal I tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun lalu. "Pendapatan BUMI meningkat dari 849,93 juta dolar AS menjadi satu miliar dolar AS," kata Direktur Utama Bumi Resources Ari Saptari Hudaya dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Kamis (5/7). Peningkatan pendapatan Bumi Resources ditopang meningkatnya produksi batubara dari dua anak perusahaannya. Keduanya adalah PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia.
Meski pendapatan naik, kata Ari, beban pokok penjualan juga naik 73 persen menjadi 172,2 juta dolar AS. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan kuartal I 2011 yaitu 99,3 juta dolar AS. Perusahaan mengalami pertumbuhan biaya non operasional serta beban bunga 143,68 juta dolar AS.
Sepanjang kuartal I 2012, Bumi Resources memproduksi dan menjual 15,9 juta ton batubara. Jumlah ini meningkat 11,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sebelumnya, Direktur Bumi Resources Dileep Srivastava mengatakan perseroan telah mengamankan kontrak penjualan batubaranya hinga 50 juta ton. Harga nilai jualnya 80 dolar AS per ton. "Tahun ini Bumi Resources berharap dapat menjual 75 juta ton batubara," katanya.