Kamis 05 Jul 2012 16:30 WIB

'Kami Mau Hidup dan Mati di Al-Aqsha'

 Masjid Umar (Dome of The Rock) di komplek Masjid Al Aqsha di Yerusalem.
Foto: (Sebastian Scheiner/AP)
Masjid Umar (Dome of The Rock) di komplek Masjid Al Aqsha di Yerusalem.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Imam Masjid Al-Aqsha, Syekh Ali Omar Yacob Al Abbasi menyerukan agar seluruh umat Islam dunia bersatu guna membebaskan Masjid Al-Aqsha dari penjajahan Zionis Israel. Pasalnya, Al-Quds memiliki nilai sejarah bagi umat Muslim di seluruh dunia.

"Masjid tersebut mempunyai nilai sejarah, karena merupakan kiblat pertama umat Islam," kata dia di Bandung, Kamis (5/7).

Masjid Al-Aqsha, lanjutnya, tidak hanya dijadikan pelajaran keislaman saja. Tetapi juga rukun Islam, karena dalam shalat harus menghadap kiblat.

"Kami mau hidup dan mati di Al-Quds (Yerusalem)," tegasnya yang mengungkapkan pelarangan untuk memasuki Masjid Al-Aqsha mulai mengendur. (baca: Israel Perkendur Larangan Masuk Al-Aquds)

Ia mengakui senang berada di Indonesia. Apalagi, selama menginap di Bandung ia satu hotel dengan Mufti Palestina, Syekh Mohamad Amin Al Husaini ketika menghadiri Konferensi Asia Afrika pada 1955.

Syekh Ali datang ke Indonesia untuk menghadiri Konferensi Pembebasan Palestina dan Al Quds di Bandung pada 4-5 Juli. Konferensi tersebut membahas solusi konkrit demi terwujudnya kemerdekaan Palestina.

Konferensi yang diinspirasi dari pelaksanaan Konferensi Asia Afrika itu, menghasilkan beberapa keputusan yakni dukungan yang lebih nyata dari umat Islam dan masyarakat internasional. Konferensi itu juga menghasilkan penyatuan langkah perjuangan pembebasan, mempersiapkan konferensi selanjutnya, mengutus delegasi untuk memfasilitasi perdamaian dan ishlah dari faksi-faksi di Palestina, memparkarsai boikot terhadap produk rezim Israel.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement