REPUBLIKA.CO.ID, PANAMA CITY -- Korea Selatan (Korsel) membuat marah para pelestari lingkungan, beberapa waktu lalu, karena mengajukan proposal terkait perburuan ikan paus sebagai riset ilmiah. Para pengeritik mengatakan, praktek itu akan melanggar pelarangan perburuan paus di seluruh dunia.
Korsel mengumumkan proposal itu pada pertemuan Komisi Paus Internasional di Panama City. Kritikus mengatakan proposal itu pernah dicontohkan oleh Jepang yang memperkenalkan perburuan paus untuk tujuan riset setelah moratorium perburuan paus komersial pada 1986.
Jepang berargumen, praktek mereka merupakan hak untuk mengawasi dampak paus terhadap industri perikanan. "Korea Selatan mengumumkan keinginan untuk kembali memberlakukan perburuan paus dengan tujuan ilmiah," kata Tomas Guardia, wakil Panama di badan internasional itu.
"Kami khawatir dengan proposal itu karena melawan aturan pelarangan perburuan paus, kami tidak mendukung perburuan dengan alasan apapun," kata Guardia.
Korsel mengatakan, nelayannya mengeluhkan pertumbuhan paus yamg mengurangi jumlah ikan, sebuah reaksi tegas bahwa World Wildlife Fund (WWF) menganggap hal itu sebagai hal yang tidak logis. Aktivis lingkungan mengatakan kata ilmiah merupakan tipu muslihat yang membuka kesempatan perburuan paus yang dikenal karena dagingnya yang lezat. Korea Selatan sendiri menjual daging paus dari tangkapan di jaring nelayan mereka dengan sengaja.
"Sebuah kejutan terjadi pada pertemuan ini dan sangat memalukan karena berburu paus mengatasnamakan sains adalah salah. Intinya, masalah itu merupakan perburuan paus komersial dengan bentuk lain," kata James Lorenz dari Greenpeace kepada Televisi Australia.
Lorenz mengatakan, Korsel harus menarik proposal itu dari Whaling Commision's Science Committee. Paus jenis Minke yang menjadi hewan buruan kini jumlahnya makin berkurang dan termasuk yang dilindungi, kata World Wildlife Fund dalam sebuah pernyataan.