Kamis 05 Jul 2012 19:58 WIB

Tengok Sekutu Lama, Castro Bertemu Pemimpin Cina

presiden Kuba Raul Castro
Foto: indyposted
presiden Kuba Raul Castro

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Presiden Kuba Raul Castro memulai rangkaian pertemuannya dengan para pemimpin China, Kamis (5/7). Kuba tengah berharap memperoleh dukungan dari sekutu lamanya untuk membantu penerapan reformasi ekonomi bersejarah.

Castro akan bertemu dengan Presiden China Hu Jintao di Beijing, Kamis sore. Kedua belah pihak dijadwalkan untuk menandatangani serangkaian perjanjian yang menurut para analis difokuskan pada perdagangan dan infrastruktur.

Dia kemudian dijadwalkan bertemu dengan dua calon pemimpin China, Xi Jinping dan Li Keqiang, Jumat, guna memperkuat hubungan pribadi dengan tokoh-tokoh yang secara luas. Xi Jinping diprediksi akan menjadi presiden dan perdana menteri China di masa mendatang.

"Kuba dan China telah bekerja bersama selama bertahun-tahun," kata Xu Shicheng, seorang peneliti di Akademi Ilmu SosialChina dan pakar Amerika Latin. "Kunjungan ini bisa memperkuat hubungan kedua negara dan mempromosikan kerjasama di bidang-bidang antara lain ...pembangunan jalan raya dan rel kereta api, pembangunan pelabuhan-pelabuhan maritim dan mengembangkan kerjasama bidang perminyakan, serta pertanian."

Kunjungan empat hari Castro ke China, yang dimulai pada Rabu, merupakan kunjungan balasan dari lawatan Xi ke Havana tahun lalu. Saat itu kedua belah pihak meneken 10 kesepakatan yang bertujuan untuk mendukung reformasi di Kuba.

Kesepakatan-kesepakatan itu mencakup aturan baru untuk kredit dan bantuan keuangan guna membantu modernisasi sistem kesehatan publik Kuba, menurut laporan pejabat media di Havana saat itu, meskipun tidak mengumumkan nilainya.

Hubungan dekat kedua negara itu dimulai sejak tahun 1960, ketika Kuba menjadi pemerintahan pertama yang membangun hubungan diplomatik dengan negara komunis Cina.

Ikatan terus berkembang bahkan lebih dekat setelah kehancuran Uni Soviet pada tahun 1991. Situasi itu sempa\t menimbulkan ekonomi Kuba spiral ke bawah dari negara yang masih berusaha untuk pulih.

Hubungan kedua negara makin kuaT setelah pecahnya Uni Soviet pada 1991, yang memicu penurunan perekonomian Kuba. Hingga kini Kuba masih berjuang untuk memulihkan diri.

Cina sejak saat itu mendukung Kuba melalui proses-proses sulit untuk mereformasi model perekonomiannya yang sudah kuno, yang hingga saat ini belum juga berubah setelah setengah abad.

Kuba mencoba mereformasi perekonomian tertutupnya menuju sebuah sistem yang memasukkan elemen-elemen dari kapitalisme -- suatu proses yang belakangan ini telah diterapkan di Cina selama beberapa dasawarsa terakhir dengan keberhasilan yang mencengangkan.

Cina adalah mitra perdagangan utama Kuba setelah Venezuela, dengan nilai perdagangan bilateral sebesar 1.8 miliar dolar AS setahun. Cina juga sumber vital kredit negara komunis yang kekurangan dana itu.

Delegasi Kuba kemudian akan melanjutkan perjalanan ke Vietnam, sekutu komunis lain seperti China yang sukses melakukan transformasi ekonomi dengan menggabungkan elemen-elemen kapitalis.

Vietnam juga satu mitra ekonomi penting untuk Kuba, khususnya dalam sektor pertanian. Negara Asia Tenggara itu adalah pemasok utama beras di Kuba, yang merupakan makanan pokok di negara tersebut. Total perdagangan bilateral kedua negara mencapai 269 miliar dolar AS pada 2010, berdasarkan statistik resmi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement