Jumat 06 Jul 2012 13:45 WIB

Rusia tak Tawarkan Suaka untuk Bashar Al Assad

Rusia dan Cina menjadi pendukung bagi pemerintahan Bashar al Assad, Suriah. (ilustrasi)
Rusia dan Cina menjadi pendukung bagi pemerintahan Bashar al Assad, Suriah. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW - Rusia, Kamis (5/7), menepis pendapat negara itu berencana menawarkan suaka politik kepada Presiden Suriah Bashar al-Assad. Rusia juga mengatakan dua pemimpin utama oposisi berada di Moskow untuk pembicaraan pekan depan.

Rusia, bersama dengan Cina, telah melindungi Bashar dari aksi PBB yang ditaja Barat selain pengutukan lisan atas kerusuhan di Suriah -- sikap yang dikatakan musuh Bashar memberi dia kebebasan untuk melanjutkan penindasan terhadap pemrotes.

Pekan lalu, Rusia juga meremehkan kesepakatan internasional yang diperantarai oleh penengah PBB-Liga Arab Kofi Annan di Jenewa, Swiss. Kesepakatan tersebut mengusulkan penetapan lembaga pemerintah sementara di Suriah guna mengakhiri pertumpahan darah tapi membuka pintu mengenai peran apa yang mungkin dimainkan Bashar.

"(Desas-desus mengenai Rusia memberi suaka kepada Bashar) itu adalah upaya untuk menyesatkan orang yang sungguh-sungguh menangani kebijakan luar negeri atau kurang memahami posisi Rusia," kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.

Rusia telah berulangkali menyatakan rakyat Suriah sendiri lah yang harus menentukan nasib negeri mereka tanpa campur tangan asing, demikian laporan Reuters. Semua pihak dalam konflik tersebut mesti terlibat dalam dialog, katanya.

Pada Kamis, Lavrov juga mengatakan masalah pemberian suaka politik buat Bashar pertama kali muncul selama pembicaraan antara Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Berlin pada Juni. Ditambahkannya, itu pertama kali diangkat oleh pihak Jerman.

"Delegasi kami menganggapnya kelakar dan menanggapi dengan kelakar pula; Mengapa anda, pemerintah Jerman, tidak menerima (Bashar) al-Assad jika ia ingin pergi ke tempat lain?" kata Lavrov dalam taklimat bersama dengan Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerelle.

"Saya kaget ketika, selama kontak baru-baru ini dengan rekan asing saya, ketika kami membahas masalah Suriah, saya mendengar mereka "Kami menyampaikan keyakinan bahwa kami akan menerima (Bashar) al-Assad dan oleh karena itu menyelesaikan semua masalah rakyat Suriah," kata Lavrov.

Segera setelah kesepakatan Jenewa dicapai, semua pihak terlibat ketidak-sepakatan tentang apa arti kesepakatan tersebut buat Bashar. Rencana itu juga tak memiliki batas waktu bagi aksi khusus yang ditujukan untuk mengakhiri kerusuhan.

"Kami meneliti semua kemungkinan yang ada, kemungkinan non-militer, kemungkinan politik, guna meningkatkan dan mendukung kegiatan rencana Kofi Annan," kata menteri luar negeri Jerman Guido Westerelle.

"Sangat penting bagi kami untuk menyertakan Rusia sampai tahap tertentu sebagai bagian dari penyelesaian politik. Jika tidak, menurut pendapat kami, itu akan sulit dicapai."

Lavrov juga mengatakan Abdelbasset Sida, pemimpim baru Kurdi dari kelompok payung oposisi Suriah Dewan Nasional Suriah (SNC), dan pegiat terkenal oposisi Michel Kilo akan mengunjungi Moskow untuk pembicaraan pekan depan. Namun ia tak memberi perincian lebih lanjut.

sumber : Antara/Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement