REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW - Direktur Pusat Analisis Perdagangan Senjata Dunia (CAWAT), Igor Korotchenko, mengatakan, Rusia harus melanjutkan pengiriman rudal S-300 ke Iran. Peluru kendali darat-ke-udara itu, kata dia, tidak di bawah sanksi-sanksi yang dikenakan PBB.
"Rusia harus membalikkan keputusan membatalkan kontrak untuk memberikan sistem S-300 kepada Iran. Mengingat status geopolitik internasional yang baru, Moskow juga harus meningkatkan ekspor senjata defensif ke Iran," kata Korotchenko, dalam satu wawancara dengan kantor berita Rusia, RIA Novosti, Kamis (5/7).
Menurut dia, hal ini tidak akan bertentangan dengan dokumen PBB.
Dalam kontrak senilai 800 juta dolar AS yang ditandatangani antara Iran dan Rusia pada 2007, Rusia berjanji memberikan lima sistem rudal permukaan-ke-udara S-300 kepada Iran.
Namun, Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, menghentikan kontrak pada September 2010 sesuai Resolusi Dewan Keamanan PBB, yang melarang pasokan senjata konvensional ke Teheran, termasuk peluru kendali, tank, helikopter tempur, pesawat tempur dan kapal perang.
Kementerian Pertahanan Iran dan Organisasi Industri Kedirgantaraan dilaporkan telah mengajukan mosi ke Pengadilan Arbitrase yang bermarkas di Jenewa terhadap eksportir senjata Rusia, Rosoboronexport, karena gagal memenuhi komitmennya mengenai pengiriman sistem rudal S-300.
Pusat Analisis Perdagangan Senjata Dunia adalah perusahaan non-pemerintah yang bergerak di bidang penelitian informasi, penerbitan independen dan didirikan di Moskow, Rusia, pada Februari 2010.
Pusat Analisis saat ini telah merekrut para analis profesional terbaik Rusia dan pekerja yang memiliki ilmu keterampilan praktis dan berpengalaman dalam penelitian di berbagai bidang seperti ekspor senjata dan analisis pasar senjata.