REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran menuding badan intelijen Jerman dan Prancis terlibat dalam serangkaian pembunuhan terhadap sejumlah ilmuwan nuklirnya. Masuknya dua negara Eropa itu menambah panjang daftar hitam yang dibuat Iran tentang musuh-musuh utama program pengayaan uraniumnya.
Sebelumnya, Menteri Intelijen Iran, Heyadar Moslehi, hanya menyebut Israel, Amerika Serikat, dan Inggris sebagai dalang pembunuhan para ilmuwannya. Beberapa hari setelah Uni Eropa menjatuhkan embargo minyak mentah Iran pada awal Juli lalu, ia menambahkan Jerman dan Prancis dalam daftar hitam.
"Dalam jaringan ini (yang terlibat dalam pembunuhan), kami melihat hubungan informasi antara Jerman, Prancis, Inggris, Israel, Amerika Serikat, dan beberapa badan intelijen regional," kata dia tanpa menyebut negara-negara lain, seperti dilansir kantor berita Reuters, Jumat (6/7).
Sedikitnya empat ilmuwan yang terlibat dalam program nuklir Iran terbunuh sejak 2010 lalu. Insiden terbaru terjadi pada Januari tahun ini.
Iran menepis tuduhan Barat tentang adanya agenda pengembangan senjata nuklir di balik program pengayaan uraniumnya. Iran berulang kali menegaskan bahwa program pengayaan uraniumnya itu ditujukan untuk membangun instalasi listrik bagi populasi yang terus berkembang cepat dan untuk riset medis.