Sabtu 07 Jul 2012 13:35 WIB

Ulang Tahun Pemberontakan, Yaman Perketat Keamanan Aden

Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Kota tua Aden, Yaman.
Foto: Blogspot.com
Kota tua Aden, Yaman.

REPUBLIKA.CO.ID, ADEN -  Angkatan bersenjata Yaman pada Jumat (7/7) malam memperketat keamanan di kota pelabuhan selatan negara itu Aden. Pengetatan dilakukan setelah pihak-pihak yang memisahkan diri menyerukan demonstrasi besar-besaran untuk memperingati ulang tahun perang saudara, kata seorang polisi.

Pasukan Yaman dikerahkan di jalan-jalan di Aden pada saat para aktivis selatan menyeru untuk menandai ulang tahun pemberontakan separatis tahun 1994.kata petugas kepolisian setempat yang tak bersedia disebut namanya kepada Xinhua. Pemberontakan itu dinyatakan telah ditumpas oleh pemerintah.

"Sejumlah prajurit mencoba untuk mengamankan pintu masuk utama Aden dari setiap infiltrasi separatis bersenjata," kata petugas polisi. Gerakan pro-pemisahan diri Selatan menyerukan demonstrasi di seluruh selatan negara itu untuk menandai ulang tahun pemberontakan separatis yang menyebabkan perang saudara pada 7 Juli 1994.

"Ribuan demonstran selatan bertekad untuk berpartisipasi dalam demonstrasi. Tidak ada yang akan mencabut kami dari hak kami," kata seorang separatis yang tak bersedia disebut namanya kepada Xinhua.

"Pemblokiran jalan oleh pasukan pemerintah dan mencegah pemuda selatan dari menghimpun aksi demonstrasi, sering memicu bentrokan," katanya.

Ketegangan meningkat tinggi di Aden sejak pasukan keamanan mulai mencari Alqaidah bulan lalu, yang dituduh membunuh komandan militer penting yang memimpin perang melawan kelompok teroris di daerah selatan.

Kota pelabuhan Aden adalah benteng utama para aktivis pemuda yang menuntut kemerdekaan bagi wilayah selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan bersatu dengan damai pada tahun 1990, tetapi hubungan memburuk pada 1994. Seruan-seruan untuk pemisahan di wilayah selatan negara itu dikumandangkan lagi pada 2007.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَوْ اَنَّ قُرْاٰنًا سُيِّرَتْ بِهِ الْجِبَالُ اَوْ قُطِّعَتْ بِهِ الْاَرْضُ اَوْ كُلِّمَ بِهِ الْمَوْتٰىۗ بَلْ لِّلّٰهِ الْاَمْرُ جَمِيْعًاۗ اَفَلَمْ يَا۟يْـَٔسِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْ لَّوْ يَشَاۤءُ اللّٰهُ لَهَدَى النَّاسَ جَمِيْعًاۗ وَلَا يَزَالُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا تُصِيْبُهُمْ بِمَا صَنَعُوْا قَارِعَةٌ اَوْ تَحُلُّ قَرِيْبًا مِّنْ دَارِهِمْ حَتّٰى يَأْتِيَ وَعْدُ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيْعَادَ ࣖ
Dan sekiranya ada suatu bacaan (Kitab Suci) yang dengan itu gunung-gunung dapat digoncangkan, atau bumi jadi terbelah, atau orang yang sudah mati dapat berbicara, (itulah Al-Qur'an). Sebenarnya segala urusan itu milik Allah. Maka tidakkah orang-orang yang beriman mengetahui bahwa sekiranya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya. Dan orang-orang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sampai datang janji Allah (penaklukkan Mekah). Sungguh, Allah tidak menyalahi janji.

(QS. Ar-Ra'd ayat 31)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement