Senin 09 Jul 2012 23:59 WIB

Masjid Shah Faisal Islamabad, Laksana Tenda Raksasa (3-habis)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
Masjid Shah Faisal Islamabad, Pakistan.
Foto: flickr.com
Masjid Shah Faisal Islamabad, Pakistan.

REPUBLIKA.CO.ID, Untuk merealisasikan ide Raja Faisal, pada tahun 1969 Pemerintah Pakistan menyelenggarakan kompetisi rancangan masjid.

Menariknya, audisi ini tidak hanya diikuti oleh para arsitek di negeri Pakistan, tetapi juga dari mancanegara. Tercatat, sebanyak 43 arsitek ternama dari 17 negara mengikuti proses seleksi tersebut.

Setelah menghabiskan waktu selama empat hari, Vedat Dalokay, seorang arsitek asal Turki, akhirnya dipercaya untuk mendesain masjid yang direncanakan itu.

Badan Pembangunan Nasional Pakistan segera mulai membangun konstruksinya pada 1976 dengan mengacu hasil rancangan Dalokay.

Tak hanya sebatas memberikan ide, Raja Faisal saat itu benar-benar berperan penting dalam proses pembiayaannya.

Menurut pimpinan proyek pembangunan masjid, Azim Borujerdi, Kerajaan Arab Saudi memberikan sumbangan penuh hingga lebih dari 130 juta riyal Arab atau sekitar 120 juta dolar AS. Dana bantuan Kerajaan Arab Saudi ini menjadikan masjid tersebut berdiri kokoh dan sangat megah.

Kendati pembangunannya belum selesai ketika Raja Faisal wafat pada 1975, penerus Raja Faisal tetap berkomitmen penuh terhadap penyelesaian pembangunan masjid ini. Panitia pembangunan kemudian mengabadikan namanya untuk masjid tersebut sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa sang raja.

Pembangunan Masjid Shah Faisal baru selesai tahun 1986 setelah 17 tahun dibangun. Setelah resmi berdiri, keberadaan bangunan masjid tersebut justru menuai kritikan dari kalangan Islam konservatif di Pakistan.

Kelompok Islam konservatif ini mengkritik desain masjid yang meniadakan struktur bangunan kubah tradisional, seperti yang ada pada bangunan masjid lainnya. Namun, semua kritikan tersebut dapat dibungkam dengan skala masjid, bentuk, dan pengaturan letak bangunan masjid terhadap Bukit Margalla.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement