Rabu 11 Jul 2012 14:56 WIB

Muslim Lebanon, Antara Konflik dan Tuntutan Sekularisme (4-habis)

Hizbullah, sayap militer yang berhasil mengusir Israel dari Lebanon pada 2006 silam.
Foto: Reuters
Hizbullah, sayap militer yang berhasil mengusir Israel dari Lebanon pada 2006 silam.

Hizbullah, simbol perlawanan terhadap Israel

Hizbullah merupakan kekuatan sayap militer di Lebanon. Hizbullah menjadi simbol kejayaan dan perlawanan Lebanon atas rezim Zionis Israel.

Betapa tidak, dalam perang 2006 silam, para pejuang Hizbullah berhasil memukul mundur pasukan Israel dari wilayah Lebanon.

Perlawanan heroik para pejuang Hizbullah inilah yang menjadi inspirator generasi muda Muslim di negara Timur Tengah untuk mempertahankan kedaulatan negara mereka dari berbagai upaya invasi militer yang dilakukan oleh Israel.

Para generasi muda Muslim di Lebanon, secara perlahan-lahan sudah mulai diajarkan tentang "perlawanan heroik" para pejuang Hizbullah melawan Israel. Fenomena ini berlangsung di sekolah-sekolah di daerah pinggiran di selatan Kota Beirut sejak enam tahun terakhir. 

Pengajaran mengenai konsep perlawanan sejak usia dini ini berlangsung di lembaga pendidikan, mulai dari jenjang prasekolah hingga tingkat menengah. Seperti yang dilakukan oleh seorang guru taman kanak-kanak di daerah pinggiran di selatan Beirut kepada para muridnya.

Di hadapan murid-muridnya, guru bernama Zainab Asfur ini bertanya, “Siapakah pahlawan-pahlawanmu?”

Anak-anak itu serentak menjawab, “Mereka yang melakukan perlawanan!”

Seperti di sekolah-sekolah umum yang memberikan pelajaran agama, banyak sekolah-sekolah swasta baik yang dikelola oleh institusi Kristen atau Islam sejak usai Perang 2006 lebih banyak memberikan jam pelajaran agama dalam kurikulumnya.

Asfur mengajarkan siswa-siswi taman kanak-kanaknya tentang Alquran, Islam, dan perlawanan terhadap Israel. Ia adalah anggota Asosiasi Alquran Al-Karim, sebuah lembaga yang menyediakan tenaga instruktur atau pengajar Alquran di sekolah-sekolah.

Mengajar anak-anak kecil adalah bagian dari program Al-Hajja Umm Muslim untuk anak-anak usia antara empat sampai lima tahun. “Mereka diajarkan tentang kitab suci Alquran dan kisah-kisah dalam Islam,” kata Asfur.

Ia menambahkan, pihaknya mengajar anak-anak itu setiap hari Senin selama 20 menit. Selanjutnya, guru-guru mereka melanjutkannya selama satu pekan hari sekolah. Tujuannya adalah memberikan latar belakang keislaman yang kuat bagi anak-anak berdasarkan Alquran.

Haji Abdul Khalil, tokoh senior Asosiasi Alquran Al-Karim mengatakan, pengajaran agama Islam dan Alquran merupakan cara efektif untuk menjamin dan melindungi masyarakat.

Ia mengeluhkan pengaruh buruk yang disebarkan melalui internet dan saluran televisi kabel kebanyakan dari Barat dan mengecam kampanye yang mendiskreditkan Islam. “Islam adalah agama yang pemaaf dan toleran. Banyak orang yang melakukan tindakan salah dengan mengatasnamakan Islam,” ujar Khalil.

Lembaganya juga menyediakan guru-guru agama Islam di sekolah-sekolah non-Islam di Lebanon, setelah mendapat persetujuan dari sekolah bersangkutan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement