REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Duta Besar Suriah untuk Irak, Nawaf al-Fares, memprotes keras aksi militer yang tak kunjung reda di negaranya. Sebagai bentuk protesnya, dia menyatakan membelot dan mendukung gerilyawan oposisi untuk menciptakan revolusi bagi Suriah.
Nawaf mengatakan keputusannya mendukung tentara gerilyawan karena kondisi yang menurutnya sangat mengerikan, telah menimpa rakyat di Suriah. Bukan itu saja, Partai Baath yang selama ini mendukung kekuasaan Presiden Suriah Bashar Al-assad, kata dia, juga telah menjadi rezim 'monster' yang menindas masyarakat, dan membendung aspirasi rakyat untuk menggapai kemajuan dan kebebasan.
Dalam wawancaranya bersama stasiun berita Aljazeera dan dilaporkan Kamis (12/7), dia menyatakan mundur dari jabatannya sebagai diplomat. "Saya umumkan pengunduran diri sebagai Duta Besar di Irak, dan keluar dari Partai Baath. Saya himbau, anggota partai lainnya melakukan hal yang sama," kata dia.
Beraklamasi dengan latar bendera Suriah, diplomat senior ini meyakinkan kepada militer pemerintah untuk segara menyadari fungsi mereka. Dikatakannya, keberpihakan militer kepada Assad adalah jalan keliru. "Saya harap anggota militer agar bergabung dengan revolusi dan membela negara serta warga negara. Mengalihkan senjata mereka ke arah penjahat dari rejim ini," lantang dia.
Pembelotan yang dilakukan oleh Nawaf merupakan pukulan telak bagi Assad. Mundurnya Nawaf berbeda dengan yang dilakukan Brigadir Jenderal Manaf TLAS sepekan lalu. Pengamat politik timur tengah, Fawaz Gerges menilai, Diplomat adalah orang-orang terdekat dengan Assad. Saat ini, mereka telah berada di fase ketidakpercayaan dengan pemimpinnya sendiri.
Anggota Dewan Nasional Suriah (SNC) Mohamed Sermini, menganggap pembelotan yang dilakukan oleh Duta Besar Nawaf, akan menjadi rangkain sikap yang sama dilakukan oleh Duta Besar Suriah di negara lainnya. "Ini hanyalah awal dari serangkaian pembelotan pada tingkat diplomatik Kami berhubungan dengan beberapa duta besar.," ujarnya.
Nawaf adalah seorang Sunni yang dikatakan memiliki hubungan dekat dengan keamanan Suriah, dia merupakan diplomat senior kedua yang menyatakan keluar dari pemerintah, sejak negara tersebut bergolak Maret 2011 lalu. Yang pertama adalah Duta Besar Suriah untuk Swis Bassam Imadi, yang menyatakan mundur Desember lalu.