Jumat 13 Jul 2012 12:49 WIB

RUU Perguruan Tinggi Resmi disahkan

Rep: Aghia Khumaesi/ Red: Dewi Mardiani
Sidang Paripurna DPR (ilustrasi)
Foto: Antara
Sidang Paripurna DPR (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Perguruan Tinggi (PT) menjadi UU pada sidang paripurna, Jumat (13/7). Keputusan ini disetujui oleh semua fraksi Partai Politik.

"Semua Fraksi setuju untuk mengesahkan RUU PT pada sidang paripurna hari ini," ujar Wakil Ketua Komisi X DPR, Syamsul Bachri S, dalam sidang paripurna di gedung DPR, Jakarta, Jumat (13/7). RUU PT ini kata Syamsul mengamanatkan pemerintah untuk terus menumbuhkan pendidikan nasional guna kemajuan peradaban dan beragama.

Sementara, Ketua Komisi X DPR Agus Hermanto menekankan UU ini menjamin agar masyarakat dapat melaksanakan PT baik bagi masyarakat yang mampu atau tidak. Dalam UU, masyarakat yang tidak mampu tapi berprestasi atau juga yang tidak berprestasi diberikan pinjaman untuk sekolah ke PT. "Nantinya akan dibayar saat mereka sudah bekerja," katanya.

Hal yang sama juga diungkapkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh, bahwa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) diharuskan untuk mencari dan menjaring masyarakat dari daerah tertinggal atau yang tidak mampu untuk diterima kuliah. Hal itu dengan kuota sebesar 20 persen dari seluruh mahasiswa baru dan tersebar pada seluruh jurusan.

"Kami mengharuskan PTN untuk menerima masyarakat miskin dengan kuota 20 persen dari seluruh mahasiswa," ungkapnya di sidang paripurna.

Selain itu, juga terdapat sejumlah butir penting dalan RUU PT ini. M Nuh menjelaskan, di dalamnya ada peningkatan wajib belajar menjadi 12 tahun dengan semangat untuk melakukan afirmatif pada kelompok masyarakat yang tidak mampu.

Selain itu, juga ditetapkan 30 persen dari biaya operasional PTN dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) untuk pendaanan riset bagi mahasiswa. Tak hanya itu, aturan ini juga menetapkan bidang studi Agama Islam, Pancasila, Kewarganegaraan serta bahasa indonesia sabagai mata kuliah wajib bagi S1 dan Diploma.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement