REPUBLIKA.CO.ID, Ketiga, Huwa (Dia). Zikir pada tingkatan ketiga ini disebut an-Nafs al-Mulhamah (jiwa yang terilhami).
Jiwa ini dianggap yang terbersih dan telah diilhami oleh Allah SWT sehingga bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk.
Keempat, Haq (Mahabenar). Tingkatan jiwa ini disebut an-Nafs al-Muthmainnah (jiwa yang tenang). Jiwa ini, selain bersih, juga dianggap tenang dalam menghadapi segala problem hidup ataupun guncangan jiwa lainnya.
Kelima, Hay (Mahahidup). Zikir pada tingkatan ini disebut juga zikir an-Nafs ar-Radliyah (jiwa yang ridha). Jiwa ini semakin bersih, tenang, dan ridha (rela) terhadap apa yang menimpa pemiliknya, karena semua itu semata-mata pemberian Allah SWT.
Keenam, Qayyum (Mahajaga). Tingkatan jiwa ini disebut juga an-Nafs Mardliyah (jiwa yang diridhai). Jiwa ini semakin bersih, tenang, dan ridha terhadap semua pemberian Allah SWT serta juga mendapatkan keridhaan-Nya.
Ketujuh, Qahhar (Mahaperkasa). Jiwa ini disebut juga an-Nafs al-Kamilah (jiwa yang sempurna). Dan, inilah jiwa terakhir atau puncak jiwa yang paling sempurna yang akan terus mengalami kesempurnaan selama hidup pemiliknya.
Inti dari tujuh tingkatan zikir tersebut didasarkan kepada ayat-ayat Alquran. Tingkatan pertama didasarkan pada Surah Yusuf ayat 53, ''Sesunguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada keburukan.'' Tingkatan kedua dari Surah Al-Qiyamah ayat 2, ''Dan, Aku tidak bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali.''
Tingkatan ketiga dari Surah As-Syams ayat 7 dan 8, ''Demi jiwa dan yang menyempurnakannya. Allah SWT mengilhami jiwa tersebut kejahatan dan ketakwaannya.''
Tingkatan keempat dari Surah Al-Fajr ayat 27, ''Wahai jiwa yang tenang.'' Tingkatan kelima dan keenam dari Surah Al-Fajr ayat 28, ''Kembalilah kepada Tuhanmu dengan keridhaan dan diridhai.''
Sementara itu, untuk tingkatan ketujuh yang sudah sempurna atau yang berada di atas semua jiwa, secara eksplisit tidak ada dalam Alquran karena kitab suci ini seluruhnya merupakan kesempurnaan dari semua zikir dan jiwa pemiliknya.