REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Memasuki bulan kemarau, sejumlah daerah di Jawa mulai mengalami krisis air bersih. Termasuk delapan desa di Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Banten, yang mengalami krisis air bersih sejak beberapa waktu terakhir.
Untuk memenuhi kebutuhannya, warga terpaksa mengalihkan sumber air ke sejumlah sungai dan kolam. "Kami dan warga lainya terpaksa mencari air ke sungai dan kolam untuk keperluan mandi, cuci dan kakus (MCK)," kata Suhendi, warga Desa Bejod, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Sabtu.
Ia mengatakan, saat ini warga Kecamatan Wanasalam yang mengalami krisis air bersih tersebar di delapan desa. Kedelapan desa itu, antara lain adalah Desa Cisarap, Cilangkap, Karang Pamidangan, Bejod, Cipeucang, Katapang, Parung Sari, dan Parung Panjang.
Menurut dia, selama musim kemarau masyarakat setempat sudah terbiasa memanfaatkan air sungai atau bekas air kolam ikan. Sebab, di wilayahnya tidak terdapat sumber air maupun pompanisasi air bersih.
"Kami berharap pemerintah daerah menyuplai air bersih untuk keperluan MCK," katanya.
Sukri, warga Desa Cisarap, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak mengaku setiap tahun, daerah itu mengalami krisis air bersih dan banjir karena letak geografisnya di dataran rendah dan terdapat aliran sungai.
"Kami terpaksa mengambil air dari Sungai Cidadap dalam kondisi kotor dan tidak layak dikonsumsi karena sumur terjadi kekeringan," katanya.
Sementara itu, Direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Lebak Ridwan mengatakan saat ini pihaknya terus memasok air bersih ke desa-desa yang krisis air bersih di Kecamatan Wanasalam.
Pengiriman air ke sejumlah desa itu sebanyak 24 ribu liter per hari.
"Kami hari ini memasok air bersih ke Desa Bejod, Cisarap, Cipeucang, Parungsari, dan Parungpanjang," katanya.