REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terkait kesempatan Perguruan Tinggi Asing (PTA) merambah pasar pendidikan Tanah Air, pengamat pendidikan, Arif Rahman Hakim, menyambut baik hal tersebut. Hanya saja ia mengingatkan, agar PTA nantinya tetap memuat dan mengajarkan nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia.
Salah satu poin dalam Undang-undag Perguruan Tinggi (UU PT) yang baru disahkan, Jumat (13/7) lalu, memberikan kesempatan PTA untuk membuka kampus di Indonesia. Arif mengatakan, hal tersebut justru harus disambut gembira. Sebab, artinya masyarakat Indonesia tidak perlu jauh-jauh sekolah ke luar negeri untuk mencapai perguruan tinggi tersebut.
"Justru bagus, orang Indonesia nggak perlu susah-susah nyekolahin anaknya ke luar negeri. Lagi pula bisa mendatangkan pendapatan juga bagi Indonesia," ujar Arif saat dihubungi ROL, Sabtu (14/7).
Arif menambahkan, hanya saja setiap PTA yang masuk dan mendirikan kampus di Indonesia harus dipastikan memuat beberapa materi pendidikan lokal. Seperti halnya Bahasa Indonesia, Pancasila dan Sejarah Indonesia. Hal tersebut untuk menghindari lahirnya generasi-generasi yang tidak memahami budaya dan sejarah negeri sendiri. " Jangan sampai kita mencetak generasi-generasi asing di dalam negeri sendiri," kata Arif.
Selain itu, pemerintah juga diharapkan lebih selektif dalam memilih PTA yang nantinya akan masuk dan bersaing dengan PTN serta PTS di dalam negeri. Jika PTA tersebut berkualitas, menurut Arif apa salahnya mereka mendirikan kampus di Indonesia. Hal tersebut justru dinilai akan lebih menghemat bagi masyarakat yang ingin menyekolahkan sekolah keluar negeri.
Internasionalisasi pendidikan merupakan salah satu poin dalam UU PT yang banyak diperdebatkan. Beberapa BEM universitas menilai, internasionalisasi pendidikan akan membuat pihak asing mencengkram pendidikan di Indonesia