REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur, Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli (Foke-Nara) didukung Partai Demokrat yang juga penjadi pengusung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Namun dalam pemilihan umum kepada daerah (Pemilukada) DKI Jakarta putaran pertama pada 11 Juli 2012 lalu, pasangan ini dikalahkan pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Jokowi-Ahok) dengan selisih suara sekitar 10 persen.
Ketua Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Didik Supriyanto, mengatakan hasil perolehan suara yang diraih Foke akan berdampak buruk bagi Partai Demokrat pada pemilihan presiden pada 2014 mendatang.
Hal ini diperparah dengan citra buruk Partai Demokrat yang disebut-sebut terkait dalam beberapa kasus korupsi yang ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam beberapa waktu terakhir.
"Citra dan perilaku buruk pada dua sampai tiga tahun terakhir yang ditunjukkan Foke dan Partai Demokrat ikut menjadi faktor penyebab turunnya suara. Ini akan berpengaruh pada 2014 mendatang," kata Didik Supriyanto dalam acara diskusi 'Pemilukada DKI Jakarta 2012, Menguatnya Rasionalitas Pemilih' di Taman Ismail Marzuki (TIM) Cikini, Jakarta, Ahad (15/7).
Didik menambahkan hasil penghitungan cepat berbagai lembaga survei pada pemilukada putaran pertama ini menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan dengan modal besar dan didukung partai besar yang dikantongi Foke. Padahal hingga survei menjelang pemilukada, lanjutnya, Foke masih tetap diunggulkan dan bahkan ada lembaga survei yang memperkirakan Foke akan memenangi satu putaran.