Ahad 15 Jul 2012 18:49 WIB

Tahun 2025, Kemensos Targetkan Indonesia Sejahtera

Rep: Agus Rahardjo/ Red: Heri Ruslan
Kemiskinan adalah salah satu faktor penyebab gizi buruk.
Foto: Republika/M Fakhrudin
Kemiskinan adalah salah satu faktor penyebab gizi buruk.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kementerian Sosial menargetkan masyarakat Indonesia sejahtera tahun 2025 nanti. Menurut Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri, sejahtera bagi masyarakat Indonesia artinya tercukupi sandang, pangan dan rasa aman.

Dibutuhkan penanganan yang sistematis dalam menyesesaikan masalah sosial. Baik itu dalam sistematis sisi kajian dan telaah, pengerahan tenaga yang terlatih dan dapat bekerja, otoritas penanganan dan langkah-langkah intervensi penanganan. Kemensos sendiri sudah mencanangkan beberapa program untuk menyelesaikan sosial tersebut.

Program Kemensos itu diantaranya, program kesejahteraan anak, jaminan sosial lanjut usia, jaminan penyandang cacat, pemberdayaan ekonomi fakir miskin, juga rehabilitasi rumah tidak layak huni. Semua program itu hanya sebagian untuk menyelesaikan 22 masalah sosial yang dihadapi Indonesia.

Menurut Salim Segaf, untuk menyelesaikan masalah sosial di Indonesia, dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak. Sebab, masalah sosial erat kaitannya dengan persoalan lain. Seperti Kementerian Perumahan Rakyat, pemerintah setempat, dan semua pihak, bahkan masyarakat sendiri.

"Seperti ibu Marsini, beliau sangat butuh perhatian semua orang, termasuk warga, apalagi Ibu Marsini sendirian," kata Salim Segaf, Sabtu (14/7) di Malang.

Marsini merupakan salah satu penerima bantuan program rehabilitasi rumah tidak layak huni dari Kemensos. Bantuan tersebut untuk membuat rumah menjadi layak huni. Setiap tahun, tambah Salim Segaf, Kemensos memberikan bantuan rumah tak layak huni sebanyak 15 ribu unit. Bantuan yang diberikan sebesar Rp. 10 juta setiap penerima.

Dari pantauan Republika, rumah perempuan yang sudah berumur lebih dari 70 tahun tersebut memang sangat memprihatinka. Ukuran rumah yang tanahnnya masih milik pemerintah tersebut hanya 3x6 meter.

Saat masuk rumah, tumpukan kardus dan barang rongsokan ada di lorong masuk ke arah dapur. Hanya ada 2 kursi kayu reyot di ruang tamu. Kamar tidur Marsini ada di ujung sisi tembok ruang tamu. Untuk menuju tempat tidur, harus melewati tempat yang difungsikan sebagai dapur. Hal itu terlihat dari sisa cucian piring dan air sabun yang langsung mengalir ke luar. Dibelakang rumah, langsung mennuju persawahan sedalam 3 meteran.

Selain uang tunai untuk memperbaiki rumah tinggalnya, Marsini juga mendapat bingkisan sembako. Ironisnya, Dinas Sosial Kabupaten/ Kota justru tidak memiliki anggaran untuk mengantisipasi rang-orang seperti Marsini.

Saat ditanya Republika, Kepala Bidang Sosial Kota Malang, Pipih Tri Astuti mengungkapkan, dari pemerintah pusat memang ada jaminan untuk lansia. Namun, Marsini belum termasukk yang mendapat jatah Rp. 200 ribu/ bulan tersebut. Terlebih, program Bidang Sosial Kota Malang hanya terkait pembinaan dan pelatihan ketrampilan. Belum ada program menyantuni lansia miskin seperti Marsini.

"Kalau Kota tidak ada. Yang ada dana untuk pelatihan dan ketrampilan bagi lansia," kata Pipih pada Republika.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement