REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Bank Indonesia sedang mengkaji bcanchless banking. Sistem ini diharapkan dapat menjangkau masyarakat yang selama ini belum mendapatkan akses ke lembaga keuangan bank.
Branchless banking ini merupakan sistem perbankan yang tidak memerlukan keberadaan bank di satu tempat. Nasabah cukup melakukan transaksi keuangan melalui sambungan telepon. "Saat ini kami tengah kaji apakah ini bisa diterapkan di Indonesia," ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia, Halim Alamsyah, Ahad (15/7).
Saat ini diperkirakan nomor telepon genggam yang aktif di Indonesia mencapai 200 juta. BI ingin memanfaatkan hal ini untuk mengembangkan branchless banking. Selain untuk mempermudah transaksi, juga dapat menjangkau masyarakat yang daerahnya masih steril dengan lembaga keuangan. Dengan sistem ini nasabah dapat melakukan pembayaran, transfer, atau membayar tagihan melalui sambungan telepon tanpa harus datang ke cabang bank yang dimaksud.
Terkait dengan International Financial Inclusion Summit (IFIS), Halim mengungkapkan hal ini sangat bermanfaat bagi masyarakat, terutama yang belum tersentuh lembaga keuangan. BI akan menjadi sekretariat bersama dan diharapkan akan ada pencerahan mengenai inklusi keuangan melalui kegiatan ini.
Halim mengakui saat ini memang masyarakat Indonesia belum semua yang terakses dengan lembaga keuangan. Selain karena minimnya lembaga keuangan di satu wilayah juga karena minimnya kepercayaan masyarakat menggunakan jasa lembaga keuangan. Diharapkan kegiatan ini bisa menumbuhkan kepercayaan masyarakat akan lembaga keuangan sehingga pertumbuhan ekonomi bisa berjalan lebih baik lagi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat itu sendiri.