Ahad 15 Jul 2012 19:09 WIB

Menteri Pendidikan Afghanistan Lolos dari Upaya Pengeboman

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Djibril Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, KUNDUZ - Tiga hari berturut-turut, ledakan bom terjadi setiap harinya di Afganistan. Pada Jumat (13/7) Direktur Pemberdayaan Perempuan di Provinsi Laghman, Hanafi Safi tewas saat mobil yang dikendarainya diledakkan menggunakan bom yang dilekatkan di bagian mobil.

Sehari setelahnya, mantan komandan perang Afganistan, Ahmad Khan menjadi target pengeboman, saat resepsi pernikahan putrinya. 22 orang tewas dalam aksi pengeboman tersebut, salah satunya Khan, terjadi di Kota Aibak Provinsi Samangan, bagian utara Afganistan.

Pada Ahad (15/7), Menteri Pendidikan Tinggi Afganistan, Obaidullah Obaid menjadi target aksi pengeboman. Salah satu mobil yang ikut dalam konvoi menteri meledak saat melintas di jalan raya Baghlan, sang menteri

dikabarkan selamat.

Gubernur Provinsi Baghlan, Munshi Majid kepada kantor berita AFP mengatakan, menteri dalam rangka melakukan perjalanan dinas dari Provinsi Baghlan menuju Provinsi Kunduz. Di tengah perjalan, kata Munshi salah satu mobil yang ikut dalam rombongan sang menteri sengaja menabrak bagian pinggir jalan yang diduga tempat disembunyikannya bahan peledak.

"Menteri aman," kata Munshi yang ikut dalam perjalanan menteri. "Dua pengawalnya mengalami luka-luka karena serangan itu," lanjut dia.

Di hari yang sama, ledakan beruntun melukai 14 orang. Ledakan pertama terjadi di Provinsi Logar, bagian selatan Kota kabul. Ledakan kedua saat satuan keamanan mencoba menyisir lokasi ledakan pertama.

Belum ada pernyataan resmi siapa yang bertanggung jawab terkait rangkaian ledakan tersebut. Namun, Munshi menduga gerilyawan Taliban dari maraknya aksi ledakan dalam beberapa hari terakhir. Gerilyawan kata dia semakin menyebarkan jangkauan kekuasaan, pascahengkangnya militer Amerika Serikat (AS).

Bom rakitan, dan aksi bom bunuh diri adalah senjata yang dianggap paling mematikan yang digunakan gerilyawan untuk menciptakan kekeruhan di Afganistan. Dalam masa pendudukan AS sejak 2001, aktivitas serupa kerap menjadikan militer asing sebagai target dan sasarannya.

sumber : AFP/Ahramonline
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement