REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Ribuan orang kembali turun ke jalan untuk memprotes dibukanya kembali jalur pasokan darat pasukan NATO di Afghanistan oleh Pakistan, Ahad (15/7). Ribuan orang itu berkumpul di satu kota perbatasan dan mereka menekan agar pemerintah segera mencabut keputusannya.
"Ada gelombang orang yang berpawai," kata pemimpin DPA Maulana Sami-ul-Haq melalui telepon dari Chaman, Kota Kecil perbatasan di Provinsi Balochistan. Chaman, yang berbatasan dengan Provinsi Kandahar di Afghanistan selatan, adalah satu dari dua jalur utama pasokan NATO di Pakistan.
"Pawai tersebut lebih berhasil ketimbang yang sebelumnya," katanya.
Aksi dua hari tersebut diselenggarakan oleh aliansi puluhan partai agama dan politik di Provinsi Balochistan, Pakistan barat-daya, yang berbatasan dengan Afghanistan. Itu adalah pawai panjang kedua oleh Dewan Pertahanan Pakistan (DPC) sebagai bagian dari protes di seluruh negeri tersebut guna menentang pemerintah untuk membuka kembali jalur pasokan darat untuk pasukan NATO setelah ditutup selama hampir tujuh bulan pada 3 Juli lalu.
Pawai kedua itu dimulai dari Quetta, Ibu Kota Provinsi Balochistan, pada Sabtu sore (14/7), dan peserta pawai tiba di Chaman, Ahad sore, setelah melewati beberapa kota besar. Sami-ul-Haq mengatakan "banyaknya orang yang mengikuti" pawai tersebut di Balochistan mencerminkan perasaan rakyat terhadap pembukaan kembali jalur pasokan NATO.
Para pemimpin DPC pusat berbicara kepada peserta pawai di berbagai kota besar berbeda mengenai jalur pawai dan mengutuk pembukaan kembali jalur pasokan NATO serta mengatakan para penguasa "menyerah pada tekanan AS". Mereka meminta Pakistan untuk menentang "dari membantu orang asing guna menumpahkan darah orang Afghanistan".
Pawai pertama sebelumnya dilakukan antara Kota Lahore di bagian timur, dan Ibu Kota, Islamabad, berakhir pada 10 Juli. DPC juga merencanakan pawai ketiga di jalur utama pasokan NATO di bagian barat-daya negeri itu pada 16-17 Juli.
Pakistan sebelumnya telah menutup jalur pasokan NATO sehubungan dengan terbunuhnya 24 prajurit Pakistan dalam serangan udara NATO, November lalu. Namun jalur pasokan tersebut dibuka kembali setelah permintaan maaf oleh Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton berkaitan dengan tewasnya personel keamanan Pakistan.
Keputusan itu memicu kecaman kuat dari partai utama yang berlandaskan agama dan beberapa partai politik oposisi dan mereka menyelenggarakan pawai serta pertemuan terbuka di berbagai kota besar utama guna menentang pembukaan kembali jalur pasokan NATO.
Antara/Xinhua-Oana