REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Kenaikan harga bahan pokok menjelang Ramadhan berlangsung secara tak wajar. Pedagang menganggap kenaikan harga seharusnya terjadi sepekan menjelang Ramadhan, namun kenyataannya kenaikan sudah berlangsung sejak akhir Juni lalu. Pemerintah harus turun tangan mengatasi masalah itu.
Rosita (35 tahun), pembeli di Pasar Klender, Jakarta Timur, menilai, kenaikan harga kebutuhan pokok mungkin tidak disebabkan secara alami. Dia menganggap kenaikan harga terjadi karena ulah pihak tertentu yang mengambil keuntungan. Rosita khawatir kenaikan harga itu tak terjadi karena sedikitnya panen atau pasokan, tapi karena penimbunan.
Pedagang warung nasi ini mengatakan, bebannya makin berat akibat adanya kenaikan harga bahan pokok ini. Dia berharap pemerintah melaku kan pengawasan dan pengendalian terhadap naiknya harga-harga kebutuhan pokok. Untuk itu, pemerintah seharusnya melakukan langkah antisipatif. “Mereka (para spekulan) mengambil keuntungan besar di saat beban hidup masyarakat semakin terasa berat,” ujar Rosita di Pasar Klender.
Berdasarkan pantauan Republika, kenaikan harga di Pasar Klender terjadi pada cabai rawit yang semula Rp 24 ribu per kilogram naik menjadi Rp 28 ribu. Daging ayam boiler semula Rp 27 ribu naik menjadi Rp 30 ribu per kilogram.