REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kongres antarbangsa ke-12 penyakit alzheimer pada 2012 di Vancouver, Kanada, membahas strategi pencegahan dini pada masa kini atas penyakit itu. Salah satu ahli penyakit syaraf Indonesia dr Andreas Harry, SpS (K) sebagai anggota kongres itu hadir bersama dr Tika Lilisantosa.
"Salah satu tujuan penelitian saat ini adalah mempelajari perkembangan 'lesi Tau' yang dapat dilacak pada sel oligodendrosit muda dan sel oligodendrosit matur, sehingga dapat didapatkan strategi-strategi baru untuk dapat memotong mata rantai perkembangan pretangles (fase asimptomatik) menjadi neurofibri tangles (fase simptomatik)," kata Andreas.
Pada kongres itu, katanya, juga dibahas mengenai patogenesis protein Tau pada penyakit Alzheimer. Dia menyebutkan bahwa protein Tau pada neuron otak berubah menjadi "lesi Tau" (mikrotubulus abnormal: pretangles ataupun neurofibrillary tangles) pada beberapa jenis neuron, yang merupakan komponen penting dalam patogenesis penyakit Alzheimer.
Ia menjelaskan, "lesi Tau intraneural" tersebut ditemukan, baik pada stadium awal hingga stadium lanjut penyakit Alzheimer. Pembentukan pada fase awal penyakit Alzheimer (asimptomatik Alzheimer) akan mengawali proses patologis penyakit itu.
Andreas Harry mengatakan bahwa pada sekitar tahun 1990-an definisi penyakit Alzheimer merupakan penyakit neurodegeneratif. Ciri khasnya adalah defek kognitif memori secara progresif, sehingga tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari, yang sebenarnya telah terjadi proses patologis stadium lanjut pada otak manusia.
"Kita berharap penelitian terbaru dalam kongres kali ini dapat melahirkan perkembangan riset terbaru penyakit alzheimer, riwayatnya, klasifikasinya, maupun obat-obatan yang berkaitan dengan penyakit tersebut," katanya. Kongres yang dimulai sejak 15 Juli 2012 itu akan berakhir pada Kamis (19/7).