Rabu 18 Jul 2012 21:15 WIB

Masjid Schwetzingen Jerman, Arsitektur Gaya Oriental (3)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
Langit-langit Masjid Schwetzingen Jerman.
Foto: freephotos.biz
Langit-langit Masjid Schwetzingen Jerman.

Inspirator bagi masjid-masjid di Jerman

Keberadaan bangunan Masjid Schwetzingen banyak memengaruhi bangunan-bangunan masjid yang berdiri sesudahnya di sejumlah kota di Jerman.

Seperti pada kurun waktu 1792-1793, di Kota Heidelberg, berdiri sebuah kompleks masjid dengan sebuah taman di sekelilingnya. Para tahanan Muslim pada Perang 1870-1871 menggunakan bangunan masjid ini sebagai tempat untuk melaksanakan shalat.

Setelah kematian Duta Besar Turki Usmani, Raja Friedrich Wilhelm III, memberikan jatah lahan di wilayah Berlin pada 1798, yang segera digunakan komunitas Celtik untuk mendirikan bangunan masjid di atas lahan tersebut. Menara masjid tersebut setinggi 63 meter, yang hingga kini tercatat sebagai menara masjid tertinggi di Jerman.

Lalu pada 1843, Raja Prussia, Wilhelm IV, memerintahkan konstruksi pembangunan masjid bergaya oriental beserta menara setinggi 38 meter di Postdam. Pada 1909, Hugo Zietz membangun pabrik di Dresden yang terlihat seperti sebuah bangunan masjid.

Fakta sejarah itu adalah beberapa contoh yang menunjukkan bahwa ajaran Islam yang asing dapat diterima dengan hangat dan terbuka di wilayah Jerman sejak ratusan tahun lalu.

Setelah akhir Perang Dunia II di Eropa, fase baru kehadiran Muslim dimulai. Sejumlah besar imigran, yang dianggap pekerja tamu, diterima untuk tujuan rekonsiliasi, terutama dari Turki. Dari 1961 hingga 1976, sekitar 825.383 warga Turki datang ke Jerman.

Di saat yang sama, konstruksi masjid untuk kebutuhan agama pun meningkat. Namun, pada awalnya, hampir seluruh masjid dibangun di area pabrik atau industri sehingga sulit dikenali. Bangunan tersebut lebih bersifat bongkar-ulang ketimbang konstruksi menetap.

Mulai tahun 1990-an, jumlah masjid yang lebih layak meningkat, 200 telah terbangun dan lebih dari 30 dalam rangka konstruksi. Namun, itu hanyalah pergeseran dari bangunan temporer, atau bawah tanah menuju ruang lebih layak, dan sebagian besar terletak di kawasan agak terpencil dan tidak mencolok. Salah satu contoh, masjid baru di Ingolstad, dibangun di dekat area pembuangan akhir.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement