REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Perdana Menteri Yordania, Fayez Tarawneh, Rabu (18/7), mengatakan negaranya terbuka untuk melindungi perbatasan utaranya dengan Suriah. Di perbatasan itulah tengah terjadi perkembangan yang memasuki tahap serius.
"Kewajiban kami lah sebagai pemerintah serta semua aparat negara untuk melindungi rakyat Yordania dan pada saat yang sama kami melakukan upaya kemanusiaan dalam menampung warga Suriah yang datang ke Yordania," katanya dalam wawancara dengan Roya TV, yang berpusat di Amman, seperti dilansir Xinhua, Kamis (19/1).
Perdana Menteri juga menegaskan, Yordania mampu mempertahankan perbatasannya. Kerajaan itu tak pernah digunakan sebagai landasan militer untuk melancarkan serangan terhadap negara mana pun. "Jordania adalah negara paling dekat dengan Suriah dan kami telah menekankan sejak awal perlunya bagi penyelesaian politik," kata dia.
Lebih dari 145.000 orang Suriah mengungsi ke Yordania sejak kerusuhan di negara mereka meletus pada 2011 dan berkecamuk terus sampai saat ini, kata beberapa pejabat senior.
Sehari sebelumnya, seorang pengebom bunuh diri meledakkan bahan peledak dalam pertemuan para menteri dan pejabat militer Suriah. Menurut sumber keamanan Suriah, ia adalah seorang pengawal dari 'lingkaran dalam' Presiden Suriah. Pengeboman itu menewaskan Menteri Pertahanan Daoud Rajha, saudara ipar Presiden Suriah Bashar al-Assad, Assef Shawkat, serta Jenderal Hassan Turkmani, mantan menteri pertahanan dan pejabat senior militer.
Kepala Dinas Intelijen Suriah Hisham Bekhtyar juga cedera dalam serangan itu. Stasiun televisi menyatakan Menteri Dalam Negeri Mohammad Ibrahim ash-Shaar, yang sebelumnya dilaporkan tewas oleh beberapa stasiun televisi Arab, ada dalam kondisi stabil.