REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Umat Muslim di dunia sedang mempersiapkan Ramadhan 1433 Hijriyah, dari mulai puasa hingga perayaan hari raya Idul Fitri. Namun, persiapan berbeda dilakukan para pejuang oposisi di Suriah, dimana mereka justru sibuk bersiap melawam rezim Asaad.
Salah seorang aktivis antirezim Walid al-Homsi mengatakan, Ramadhan tahun ini akan menjadi Ramadhan yang istimewa bagi Suriah. Ia berharap, akhir Ramadhan segala sesuatu akan berlangsung baik di Suriah.
"Tak ada lagi revolusi, tak ada lagi Assad dan Suriah baru akan lahir," ujar Walid.
Setelah kematian Menteri Pertahanan, Assef Shawkat gelombang euforia pemberontak di Suriah semakin tinggi. Pemberontak yakin, bulan suci ini akan membebaskan Suriah dari rezim Assad.
Pada Ramadhan 2011 lalu, angkatan bersenjata mengintensifkan kesiapan mereka melawan pemberontak. Sehingga saat itu, oposisi bahkan menjulukinya 'Pembantaian Ramadhan'. Tahun ini, Walid mengkhawatirkan hal serupa. Mengingat selama 16 bulan ini konflik di Suriah semakin meningkat.
"Tahun lalu, kami menghabiskan Ramadhan di bawah api. Tahun ini sepertinya kami akan menghabiskan di bawah bom," ujar Walid.
Walid saat ini bermukim di pusat Kota Homs, sebuah sarang antirezim yang kerap menjadi medan pertempuran konflik. Beberapa bulan lalu, istri Walid dan bayinya terpaksa mengungsi setelah salah satu bangunan di kota terkena peluru.
Selain istri dan anak, Walid telah terpisah dari anggota keluarganya tahun ini. "Saya tidak pernah menghabiskan Ramadhan tanpa keluarga sebelumnya," ujar dia.