REPUBLIKA.CO.ID, Tatkala orang-orang Muhajirin di tempat mereka hijrah itu beribadah kepada Allah dengan tekun serta mempelajari ayat-ayat Alquran yang ada pada mereka, tiba-tiba sampailah berita bahwa orang-orang Quraisy telah menganut Islam, dan mengikuti Rasulullah bersujud kepada Allah.
Maka bangkitlah orang-orang Muhajirin mengemasi barang-barang mereka, dan bagaikan terbang mereka berangkat ke Makkah, dibawa oleh kerinduan dan didorong cinta pada kampung halaman.
Tetapi baru saja mereka sampai di dekat kota, ternyatalah berita tentang masuk Islamnya orang-orang Quraisy itu hanyalah dusta belaka.
Ketika itu mereka merasa amat terpukul karena telah berlaku ceroboh dan tergesa-gesa. Tetapi betapa mereka akan kembali, padahal Kota Makkah telah berada di hadapan mereka?
Sementara itu, orang-orang musyrik di Kota Makkah telah mendengar datangnya buronan yang telah lama mereka kejar-kejar dan memasang perangkap untuk menangkap. Dan sekarang datanglah sudah saatnya, dan nasib telah membawa mereka ke tempat ini.
Perlindungan, ketika itu merupakan suatu tradisi di antara tradisi-tradisi Arab yang memiliki kekudusan dan dihormati.
Sekiranya ada seorang yang lemah yang beruntung masuk dalam perlindungan salah seorang pemuka Quraisy, maka ia akan berada dalam suatu pertahanan yang kokoh, hingga darahnya tak boleh ditumpahkan dan keamanan dirinya tak perlu dikhawatirkan.
Sebenarya, orang-orang yang mencari perlindungan itu tidaklah sama kemampuan mereka untuk mendapatkannya. Itulah sebabnya hanya sebagian kecil saja yang berhasil, termasuk di antaranya Utsman bin Mazh’un yang berada dalam perlindungan Walid bin Mughirah.
Ia masuk ke Kota Makkah dalam keadaan aman dan tenteram, dan menyeberangi jalan serta gang-gangnya, menghadiri tempat-tempat pertemuan tanpa khawatir akan kezaliman dan marabahaya.
Tetapi Ibnu Mazh’un, laki-iaki yang ditempa Alquran dan dididik oleh Muhammad SAW ini memerhatikan keadaan sekelilingya. Dilihatnya saudara-saudara sesama Muslimin, yakni golongan fakir miskin dan orang-orang yang tidak berdaya, tiada mendapatkan perlindungan dan tidak mendapatkan orang yang sedia melindungi mereka.
Dilihatnya mereka diterkam bahaya dari segala jurusan, dikejar kezaliman dari setiap jalan. Sementara ia sendiri aman tenteram, terhindar dari gangguan bangsanya. Maka rohnya yang biasa bebas itu berontak, dan perasaannya mulai bergejolak, dan menyesallah ia atas tindakan yang telah diambilnya.
Utsman keluar dari rumah dengan niat yang bulat dan tekad yang pasti hendak menanggalkan perlindungan yang dipikul Walid. Selama itu, perlindungan tersebut telah menjadi penghalang baginya untuk dapat menikmati derita di jalan Allah dan kehormatan senasib sepenanggungan bersama saudaranya kaum Muslimin.