REPUBLIKA.CO.ID, Nadim Shehadi, pakar masalah Suriah pada Chatham House sebuah organisasi penelitian yang berbasis di London mengatakan Rusia mungkin pada akhirnya menyesali dukungannya pada Presiden Suriah, Bashar al-Assad.
Shehadi mengatakan, “Rusia telah menderita banyak karena mendukung pihak yang salah, dan telah terjebak terlalu jauh dalam mendukung Assad. Banyak yang harus dipertaruhkan oleh Rusia. Mereka harus memikirkan hubungan mereka dengan Suriah di masa depan dan dengan dunia Arab pada umumnya.”
Kremlin menolak sebagai “tidak dapat diterima” tuduhan Barat hari Jumat bahwa dengan bergabung dengan Cina dalam memveto resolusi tadi Moskow malah semakin meningkatkan kekerasan di Suriah. Moskow menampik dengan mengatakan Kongres Amerika “masih dibelenggu mentalitas Perang Dingin".
Sebaliknya, William Hague mengatakan justru veto bersama Rusia dan Cina atas resolusi tadi yang ‘tidak dapat diterima’. Pandangan di London, katanya hari Kamis, adalah bahwa "Rezim Assad tetap akan tumbang ".
Analis Shehadi mengatakan Barat tadinya khawatir apa yang akan terjadi di Suriah jika rezim Assad runtuh, tapi pandangan itu telah berubah.
“Kekuasaan Assad terutama didasarkan pada membangkitkan rasa takut yang secukupnya di kalangan rakyatnya, dan menciptakan kekhawatiran di kalangan komunitas internasional apa yang akan terjadi setelah dia pergi. Jadi dalam satu bentuk kita bergantung padanya “yang terbaik di antara yang terjelek” atau “setan yang sudah dikenal, bukan setan yang belum diketahui”, papar Shehadi
Rusia dan Cina adalah anggota tetap Dewan Keamanan PBB bersama Inggris, Prancis dan Amerika.