REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Jalan lintas barat Bengkulu di Desa Serangai, Kecamatan Batik Nau, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, terancam putus akibat abrasi air laut.
Kondisi jalan lintas itu saat ini tinggal 1,5 meter dari lebar enam meter. "Sehingga sangat mengkhawatirkan bila dilewati kendaraan pada malam hari," kata seorang sopir travel Bengkulu-Mukomuko, Aswin, Senin.
Aswin mengatakan, sebelumnya terdapat pagar pengaman pertanda jalan rusak, namun saat ini tidak ada lagi, padahal kedalaman jurang dari badan jalan hingga air laut mencapai belasan meter. Aswin mengatakan, eks jalan nasional itu selama ini memang tidak diperbaiki oleh Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bengkulu.
"Kami mohon jalan lintas itu diperbaiki untuk kenyamanan berkendaraan pada malam hari atau disediakan pos swakarsa, agar pengemudi tidak sampai terjebak," ujar dia.
Warga Desa Serangai, Warto mengatakan, bila Dinas PU provinsi itu serius untuk memperbaiki jalan itu, seharusnya jalan alternatif di sebelahnya yang telah dibebaskan beberapa tahun lalu dapat difungsikan.
"Kenyataannya sekarang, poros jalan utama makin menyempit akibat abrasi, sedangkan jalan alternatif masih dipagar oleh warga karena ganti ruginya belum tuntas," ujar dia. "Padahal jalan alternatif yang panjangnya sekitar seratusan meter itu sudah terlanjur dibuka dan dilapisi batu koral sejak dua tahun lalu," kata dia pula.
Kepala Balai Bina Marga Sumbagsel, Bastian Sihombing mengatakan, pemeliharaan jalan itu sudah dianggarkan sejak tahun lalu, namun nyatanya tidak berjalan. Dana pemeliharaan jalan itu diambil dari perawatan dana jalan lintas Bintuhan-D1 Ketahun, mengingat jalan itu sudah dipelihara oleh perusahaan batu bara.
"Kalau tidak salah tersedia dana sekitar Rp 1,5 miliar pada 2011, dan sudah diperintahkan kepada satuan kerja perangkat daerah Provinsi Bengkulu untuk dialihkan ke jalan Serangai, namun nyatanya tidak," ujar dia pula.