Senin 23 Jul 2012 21:21 WIB

Takwil Mukhtalaf Al-Hadits, Menepis Kontradiksi Antarhadis (1)

Rep: Nashih Nashrullah/ Red: Chairul Akhmad
Kitab (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Kitab (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Perkembangan ilmu keislaman pada abad pertengahan era kejayaan peradaban Islam mempunyai andil besar terhadap munculnya varian pemikiran dan sekte dalam Islam. 

Ragam pemikiran itu kerap menjadikan hadis sebagai pijakan pemikiran dan legitimasi ideologi.

Tak sedikit sekte yang terjebak dalam penafsiran hadis yang bias. Bias terhadap ideologi dan bias kepada kepentingan mereka.

Padahal, tak semua hadis dikaji secara cermat dan integral. Seringkali hadis tersebut dipilih secara selektif dan ditafsirkan agar memperkuat asumsi sekte tersebut.

Fenomena itu tergambar jelas ketika hadis yang diriwayatkan dalam konteks yang sama meski berbeda riwayat, terkesan saling menegasikan satu dengan yang lain.

Berangkat dari fakta tersebut, para ulama memandang perlu menuliskan sebuah karya untuk menjelaskan hadis-hadis yang dikesankan saling kontradiktif, baik dengan Alquran maupun Sunah.

Di sisi lain, para ulama juga perlu menguraikan hadis-hadis yang dipersoalkan karena mengandung multitafsir. Kajian yang membahas tentang hadis-hadis itu dikenal dengan istilah takwil mukhtalaf al-hadits. Adalah Muhammad bin Idris As-Syafi’i atau lebih sering dikenal As-Syafi’i didaulat sebagai tokoh pertama yang menulis tentang kontradiksi hadis.

Buah pemikirannya tersebut tertuang dalam kitab yang bertajuk Ikhtilaf Al-Hadits. Disusul kemudian oleh Abu Muhammad Abdullah bin Muslim bin Qutaibah Ad-Dainuri yang menulis kitab berjudul Takwil Mukhtalaf Al-Hadits.

Jika dibandingkan dengan kitab di bidang serupa yang ditulis oleh Imam As-Syafi’i,  kitab karya Ibnu Qutaibah memiliki sejumlah kekurangan, antara lain, minimnya penyertaan sanad akibat inkonsistensi Ibnu Qutaibah dalam penulisan.

Padahal, sanad tersebut memiliki peranan yang amat penting. Banyak riwayat yang tidak hanya alpa menyertakan para perawi, bahkan nama sahabat sekalipun sebagai perawi utama seringkali tidak disebutkan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement