Senin 23 Jul 2012 22:35 WIB

Takwil Mukhtalaf Al-Hadits, Menepis Kontradiksi Antarhadis (2)

Rep: Nashih Nashrullah/ Red: Chairul Akhmad
Kitab (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Kitab (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Poin lain yang menjadi catatan adalah penukilan kisah-kisah Bani Israil (israiliyat) merujuk kitab-kitab umat terdahulu.

Beberapa kali, Ibnu Qutaibah juga mengutip teks dari Kitab Injil untuk memperkuat uraiannya, walaupun sebenarnya terdapat teks hadis sahih yang bisa dipergunakan. Hal ini tak lain karena penguasaan Ibnu Qutaibah atas israiliyat yang cukup mumpuni.

Barangkali, kecenderungan mempelajari dan menguasai referensi berbagai aliran memicu reaksi dan kritik sejumlah pihak.

Berbagai tuduhan miring pernah ditujukan kepada Ibnu Qutaibah. Dia pernah dikritisi oleh Abu Bakar Al-Baihaqi lantaran pendapat-pendapat yang dilontarkannya cenderung dekat dengan perspektif Al-Karamiyyah.

Ad-Daruquthni pun turut menyebutnya sebagai pemikir yang condong kepada pemikiran tasybih atau menyerupakan Allah dengan makhluknya, terutama dalam kaitan masalah sifat. Akan tetapi, oleh sebagian kalangan tuduhan tersebut dianggap tidak benar.

Justru Ibnu Qutaibah adalah sosok seorang ulama yang konsisten terhadap paham Ahlus Sunnah wal Jamaah. Ad-Dzhabi misalnya, secara tegas menyatakan bahwa apa yang disangkakan kepada Ibnu Qutaibah salah kaprah. Sekalipun benar, bisa jadi memang itu fitnah yang mengada-ada.

Satu hal lagi yang menjadi catatan dari karya Ibnu Qutaibah adalah improvisasi bahasan yang terlampau meluas, bahkan cenderung keluar dari subtansi dan pokok bahasan.

Dalam mukadimah, contohnya meskipun sangat bermanfaat tetapi uraian yang disampaikan terlewat panjang. Hanya untuk memulakan sebuah kitab, Ibnu Qutaibah menghabiskan sebanyak 86 halaman sendiri dari total keseluruhan halaman kitabnya.

Ibnu Qutaibah menyebutkan beberapa hadis yang dipergunakan oleh berbagai sekte dan aliran sebagai dasar pemikiran mereka. Mulai dari Khawarij, Murjiah, Qadariyah, dan lain sebagainya.

Sebut saja misalnya, Ibnu Qutaibah menyebutkan hadis yang dijadikan dasar Khawarij untuk meligitimasi pemikiran mereka tentang otoritas hukum secara mutlak hanya pada Allah. Selain itu, ideologinya keluar dari mayoritas umat Islam kala itu dan menempuh kekerasan bagi pihak yang berseberangan pandangan

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement